"JEJAK SANG WALI URUT SEWU SYEKH MUHAMMAD NAJMUDDIN 'ALI MUBIN"
ALIAS MBAH MUBIN AYAM PUTIH - BULUSPESANTREN - KEBUMEN
Gambar 1. Bangunan Makam Syekh Mubin
Sebuah lokasi pemakaman tua yang seolah-olah sudah mati (baca: sudah tidak lagi dijadikan sebagai pemakaman umum) berjarak sekitar 1,5 kilometer dari jembatan Desa Pandan Lor, Klirong (Jalan Dendeles, Jalur Selatan Kebumen-Yogyakarta) tak disangka terdapat situs Islam yang bersejarah. Tepatnya di Desa Ayam Putih, Buluspesantren, Kebumen. Disana agaknya sudah berdiri tegak sebuah lokasi bangunan yang diberi nama “Makam Waliyulloh Syekh Mubin” yang dibangun tahun 2014. Di dalamnya terdapat sebuah makam yang dikeramatkan oleh warga masyarakat Ayam Putih dan sekitarnya bahkan juga oleh masyarakat luar kota Kebumen, seperti dari Yogyakarta, Solo hingga Jawa Timur.
Adalah Mulyono (43) 08/02/15, seorang peziarah berasal dari Ambalkumolo, Buluspesantren, Kebumen mengaku sering mengunjungi makam Syekh Mubin ini jika ada waktu-waktu senggang, minimal seminggu sekali. “saya sering berziarah ke makam ini kalau waktu sedang senggang, ya minimal seminggu sekali. Kalau situasi dan kondisinya mendukung, bahkan saya melanjutkan berziarah ke makam-makam waliyulloh yang lain seperti ke Syekh Anom Sidakarsa dan Syekh Abdul Awal. Tapi, kalau situasi dan kondisi tidak cocok, saya biasanya menjamaknya disini saja.” Ujar pria yang sering disapa dengan Mul ini. Mul menambahkan bahwa, “tidak ada untungnya kita berziarah jauh-jauh tapi tanpa ada keikhlasan dalam diri dan hati kita. Menjamak di makam ini juga sudah cukup, tapi memang alangkah baiknya jika kita dekat atau berada ditempat makam yang kita tuju. Karena dengan hati yang bersihlah semua akan diberi tahu dan akhirnya dipahamkan oleh Allah, begitu pula makam ini. Dulu makam Mbah Mubin ini seakan-akan tidak ada apa-apanya. Dalam arti tidak mendapat respon yang penuh baik dari penduduk desa sekitar atau pun daerah lainnya. Tapi, karena memang yang namanya wali Allah, dimanapun berada pasti akan ditampakkan oleh-Nya. Makam Mbah Mubin atau Syekh Mubin ini sekarang telah disingkapkan tabir kehidupan oleh Allah SWT sehingga orang-orang pun banyak yang meresponnya dengan baik.” Tutur beliau.[1]
Asal Usul Syekh Mubin
Syekh Mubin memiliki nama asli Syekh Muhammad Najmuddin ‘Ali Mubin. Ia adalah seorang buyut dari wali sekaligus ulama sejagat raya yang sering dikirim do’a oleh kaum muslimin ketika bertawassul yakni Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Sykeh Mubin biasa di khaul-kan setiap bulan Rawah Minggu pertama (tepatnya tanggal 1 rawah). Namun, karena tanggal 1 rawah tidak pasti harinya bertepatan, maka untuk memudahkannya adalah dengan menetapkan khaul Syekh Mubin setiap Minggu pertama pada bulan Rawah. Kalau pembaca ada waktu, selakanlah untuk mengikuti khaul Syekh Mubin pada tanggal dan waktu tersebut.
Sebagaimana orang-orang pada umumnya, untuk meyakinkan bahwa beliau (baca: Syekh Mubin) merupakan seorang wali yang mempunyai nasab baik pastinya mempunyai nasab atupun silsilah yang baik pula. Sudah dikatakan diatas, bahwa Syekh Mubin masih keturunan dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Itu berarti secara tidak langsung Syekh Mubin juga keturunan dari Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Sebab Syekh Abdul Qadir Al-Jailani juga seorang masih keturunan Nabi Muhammad SAW.
Untuk, lebih memudahkan dalam mengetahui nasab dan silsilah Syekh Mubin tersebut, maka lihatlah silsilahnya adalah sebagai berikut:
Syekh Mubin bin Syekh Musa bin Syekh Wahab bin Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Gambar 2. Makam Syekh Muhammad Najmuddin ‘Ali Mubin (Mbah Mubin)
Syekh Mubin atau yang masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan Mbah Mubin adalah seorang ulama yang berasal dari India. Ia dikirim oleh sang guru untuk ditugaskan berdakwah (menyebarkan ajaran agama Islam) ke tanah Jawa tepatnya diantara sungai Progo, Kulon Progo dengan sungai Serayu, Cilacap. Sekitar tahun 1646M Syekh Mubin menyebarkan dakwah islamiyahnya di tanah Kebumen ini, khususnya dibagian pesisir pantai selatan Desa Ayam Putih, Buluspesantren.[2]
Gambar 3. Makam dua Nyai Mubin (dua istri Syekh Mubin) yang dari India dan Jawa.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dengan juru kunci sekaligus masih keturunan Syekh Mubin yakni Suswanto Saeful Wahid (43), bahwa Syekh Mubin merupakan guru dari para wali di tanah Jawa termasuk Wali Songo. Sebagaimana para guru pada umumnya, ia juga mempunyai satu murid yang sangat disayangi yaitu Sultan Hanyokro Kusumo[3]. Mataram pada saat itu merupakan Kerajaan yang pro dengan VOC dan Sultan Hanyokro Kusumo tidak setuju dengan pertalian yang dilakukan pihak Kerajaan dengan VOC (Belanda) tersebut. Karena, jika hal itu terus berlangsung maka secara tersirat rakyat pun akan selalu menderita. Dalam arti untuk mencari pangan dan pakan pun akan susah, sebab perekonomian pribumi diusung habis oleh Belanda. Oleh sebab itu, Sultan Hanyokro Kusumo menentang pertalian ayahandanya yang notabene orang nomor satu di Kerajaan Mataram Islam. Ia lari dari lingkungan Kerajaan kemudian sampailah di sebuah daerah pesisir selatan (Buluspesantren, Kebumen) hingga bertemu Syekh Mubin sekaligus mengabdi (berguru) kepadanya.
Gambar 4. Tunggak Kayu Laban (tempat semedi Sultan Hanyokro Kusuma, murid kesayangan Syekh Mubin)
Konon, kayu ini dulu sebagai tempat bertapa salah satu dari sekian banyak murid Syekh Mubin yaitu Sultan Hanyokro Kusumo. Oleh karenanya, kayu ini pun dipercaya memiliki kekuatan yang tidak sembarangan. Menurut Suswanto (43) dan berdasarkan cerita fakta rakyat sekitar makam, kayu ini tidak pasah dipotong. Setiap akan memotongnya, setiap akan menghancurkannya dengan wadung (baca: kampak) ataupun dengan alat pemotong kayu lainnya, kayu ini berpindah tepat dengan sendirinya. Bahkan kampaknya pun akan hilang sendiri dengan sekejap ketika akan me-madung-nya (baca: memotongnya), tak tahu kemana. Kayu laban memang pada dasarnya terkenal sebagai jenis kayu yang keras.
Metodologi Dakwah
Dari segi dakwahnya, Syekh Mubin terkenal golongan ulama yang santun dan penuh dengan akhlak. Tidak gampang menyalahkan orang lain, adat-istiadat setempat, tidak kaku apalagi menentang budaya baik. Dalam berdakwah Islamiyah, ia dengan cara mengumpulkan masyarakat untuk bekerja bakti, gotong royong disekitar masjid sambil pelan-pelan diceramahi. Masyarakat menyadari betapa santun dan baiknya akhlak Syekh Mubin kepada mereka, hingga satu persatu pada akhirnya mereka mengikrarkan diri untuk menjadi hamba Allah yang Maha Esa yaitu masuk Islam.
Selain menggunakan cara kerja bakti yang notabene masuk dalam kategori dakwah bil lisan, Syekh Mubin juga menggunakan dakwah bil kitab yaitu dengan menulis kitab tentang akhlak, moralitas, norma-norma agama yang berisi pesan-pesan kepada para umatnya. Jika berisi pesan-pesan untuk umat, boleh jadi di dalamnya tidak hanya berisi mengenai akhlak ataupun moralitas, namun tidak menutup kemungkinan kalau tauhid, syariat (fiqih) dan ilmu-ilmu agama lainnya juga terdapat dalam kitab tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar