Selamat Datang

ARTI LOGO DAN SEJARAH LENGKAP KEBUMEN

Arti dan Makna Logo Kabupaten Kebumen

 Lambang Daerah Kabupaten Kebumen diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen, yaitu:


  1. Perda No. 30a/DPRD-GR/70 tanggal 14 Oktober 1970 tentang Bentuk Lambang Daerah Kabupaten Kebumen
  2. Perda No. 30b/DPRD-GR/70 tanggal 14 Oktober 1970 tentang Penggunaan dan Pemakaian Lambang Daerah Kabupaten Kebumen
Bentuk, lukisan, ukuran, warna lukisan Lambang Daerah Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut : 
  1. Perisai (dengan ukuran perbandingan 4:3); menggambarkan tekad, semangat dan kesiapsiagaan rakyat untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan dasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
  2. Bintang segi lima berwarna emas; menggambarkan kepercayaan yang teguh dan luhur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  3. Pegunungan; melambangkan keteguhan hati, tidak goyah mengalami tantangan alam. Menggambarkan juga sebagian daerah Kabupaten Kebumen terdiri dari tanah pegunungan.
  4. Gua; mencerminkan sifat-sifat ketenangan dan kesederhanaan dari rakyat daerah Kabupaten Kebumen dalam usahanya untuk mencapai cita-citanya yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Gua juga merupakan tempat dimana dihasilkan sarang burung.
  5. Laut; menggambarkan jiwa perjuangan yang selalu bergelora sepanjang masa; namun penuh dengan kedamaian yang abadi. Menggambarkan juga bahwa sebagian daerah Kabupaten Kebumen berbatasan dengan Samudra Indonesia
  6. Burung Lawet; menggambarkan suatu sumber penghasilan daerah dan merupakan pencerminan dari ketekunan dan kegesitan yang penuh dinamika dari rakyat daerah Kabupaten Kebumen dalam usahanya untuk membangun daerahnya.
  7. Kapas padi; menggambarkan cita-cita rakyat daerah Kabupaten Kebumen yaitu terwujudnya suatu masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, murah sandang, murah pangan dan cukup papan.
  8. Mata rantai yang sambung menyambung; menggambarkan jiwa dan semangat persatuan yang hidup di kalangan rakyat.
  9. Bambu runcing; merupakan pencerminan dari sifat kepahlawanan rakyat dalam perang kemerdekaan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan dasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
  10. Batu bata dan genting; menggambarkan bahwa industri batu bata dan genting di Daerah Kabupaten Kebumen merupakan sumber penghi-dupan rakyat; secara simbolis menggambarkan bahwa kecuali sektor pertanian; sektor perin-dustrian juga merupakan sumber penghasilan Rakyat Daerah Kabupaten Kebumen.
  11. Tulisan Bhumitirta Praja Muktia.       Arti kata-katanya; tanah dan air untuk kesejahteraan Bangsa dan Negara     b.       Maksud dan jiwanya; bangsa Indonesia pada umumnya dan Warga Daerah Kabupaten Kebumen pada khususnya sangat bersyukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahi tanah yang subur dan air yang berlimpah-limpah. Anugerah yang tidak ternilai harganya itu merupakan nikmat dari Tuhan yang wajib kita manfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan rakyat: Daerah Kabupaten Kebumen dibagian Utara terdiri dari tanah pegunungan dengan aneka warna bahan-bahan tambang yang terpendam dan dengan hutan-hutannya yang menjadi sumber mengalirnya sungai-sungai menuju ke daerah persawahan dan tegalan yang subur di sebelah selatannya yang menjadi sumber penghidupan dari sebagian besar rakyatnya. Demikian pula karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa maka sebagian besar tanahnya merupakan bahan yang sangat baik untuk membuat batu-bata dan genteng sehingga menempatkan Daerah Kabupaten Kebumen sebagai penghasil batu-bata dan genteng yang sejak lama sudah terkenal. Di sebelah selatan daerah Kabupaten Kebumen berbatasan dengan Samudera Indonesia dengan pantainya yang penuh dengan pohon kelapa; dengan gua-guanya yang terkenal sebagai penghasil burung-burung yang berkwalitas tinggi serta lautnya yang mengandung potensi yang tak terhingga. Kesemuanya itu menimbulkan suatu kewajiban yang luhur pada kita sekalian wargadaerah Kabupaten Kebumen; untuk dengan cipta rasa; karsa dan karya kita masingmasing; selalu tekun dan penuh ketawakalan memanfaatkan modal anugerah Tuhan Yang Maha Esa tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat menuju kearah cita-cita Bangsa Indonesia yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.  




Sejarah Awal Mulanya Kabupaten Kebumen

Seperti halnya Daerah-daerah di Indonesia yang mempunyai latar belakang kultur budaya dan sejarah yang berbeda-beda, Kabupetan Kabumen memiliki sejarah tersendiri yaitu berdiri Kabupaten Kebumen dimana maksud yang dikandung untuk memberikan rasa bangga dan memiliki bagi warga masyarakat Kabupaten Kebumen yang selanjutnya dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada sehingga dapat memajukan pembangunan di segala bidang .

Sejarah awal mulanya adanya Kebumen tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Mataram Islam. Hal ini disebabkan adanya beberapa keterkaitan peristiwa yang ada dan dialami Mataram membawa pengaruh bagi terbentuknya Kebumen yang masih didalam lingkup kerajaan Mataram. Di dalam Struktur kekuasaan Mataram lokasi kebumen termasuk di daerah Manca Negara Kulon ( wilayah Kademangan Karanglo ) dan masih dibawah Mataram.

Berdasarkan Perda Kab. Kebumen nomor 1 tahun 1990 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten kebumen dan beberapa sumber lainnya dapat diketahui latar belakang berdirinya Kabupaten kebumen antara lain ada beberapa versi yaitu :

Versi I

Versi Pertama asal mula lahirnya Kebumen dilacak dari berdirinya Panjer . Menurut sejarahnya menurut sejarahnya, Panjer berasal dari tokoh yang bernama Ki Bagus Bodronolo.Pada waktu Sultan Agung menyerbu ke Batavia ia membantu menjadi prajurit menjadi pengawal pangan dan kemudian diangkat menjadi senopati. Ketika Panjer dijadikan menjadi kabupaten dengan bupatinya Ki Suwarno( dari Mataram ), Ki Bodronolo diangkat menjadi Ki Gede di Panjer Lembah ( Panjer Roma ) dengan gelar Ki Gede Panjer Roma I, Pengangakatan tersebut berkat jasanya menangkal serangan Belanda yang akan mendarat di Pantai Petanahan sedangkan anaknya Ki Kertosuto sebagai patihnya Bupati Suwarno.Demang Panjer Gunung, Adiknya Ki Hastrosuto membantu ayahnya di Panjer Roma, kemudian menyerahkan jabatannya kepada Ki Hastrosuto dan bergelar Ki Panjer Roma II. Tokoh ini sangat berjasa karena memberi tanah kepada Pangeran Bumidirja. yang terletak di utara Kelokan sungai Lukulo dan kemudian dijadikan padepokan yang amat terkenal. Kedatangan Kyai P Bumidirja menyebabkan kekhawatiran dan prasangka, maka dari itu beliau menyingkir ke desa Lundong sedang Ki panjer Roma II bersama Tumenggung Wongsonegoro Panjer gunung menghindar dari kejaran pihak Mataram. Sedangkan Ki Kertowongso dipaksa untuk taat kepada Mataram dan diserahi Penguasa dua Panjer, sebagai Ki Gede Panjer III yang kemudian bergelar Tumenggung Kolopaking I ( karena berjasa memberi kelapa aking pada Sunan Amangkurat I ). dari Veri I dapat disimpulkan bahwa lahirnya Kebumen mulai dari Panjer yaitu tanggal 26 Juni 1677.

Versi II

Sejarah Kabupaten Kebumen dimulai sejak Tumenggung Arung Binang I yang masa mudanya bernama JAKA SANGKRIP yang berdarah Mataram dan dititipkan kepada pamannya Demang Kutawinangun. Setelah dewasa lalu mencari ayahnya ke keraton Mataram dan setelah membuktikan keturunan Raja maka ia diangkat menjadi Mantri Gladag, kemudian sampai Bupati Nayaka dengan Gelar Hanggawangsa. setelah diambil menantu oleh Patih Surakarta kemudian diangkat menjadi Tumenggung Arung Binang I sampai dengan keturunannya yang Ke III sedangkan Arung Binang IV sampai ke VIII secara resmi menjadi Bupati Kebumen.

Versi III

Asal mula nama Kebumen adalah adanya tokoh KYAI. PANGERAN BUMIDIRJA. Beliau adalah bangsawan ulama dari Mataram, adik Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Ia dikenal sebagai penasihat raja, yang berani menyampaikan apa yang benar itu benar dan apa yang salah itu salah. Kyai P Bumidirjo sering memperingatkan raja bila sudah melanggar batas-batas keadilan dan kebenaran. Ia berpegang pada prinsip : agar raja adil dan bijaksana. Disamping itu juga ia sangat kasih dan sayang kepada rakyat kecil. Kyai P Bumidirjo memberanikan diri memperingatkan keponakannya, yaitu Sunan Amangkurat I. Karena sunan ini sudah melanggar paugeran keadilan dan bertindak keras dan kejam. Bahkan berkompromi dengan VOC (Belanda) dan memusuhi bangsawan ,ulama dan rakyatnya. Peringatan tersebut membuat kemarahan Sunan Amangkurat I dan direncanakan akan dibunuh, Karena menghalangi hukum qishos terhadap Kyai P Pekik dan keluarganya ( mertuanya sendiri ).

Untuk menghadapi hal itu, Kyai P Bumidirjo lebih baik pergi meloloskan diri dari kungkungan sunan Amangkurat I. Dalam perjalanan ia tidak memakai nama bangsawan , namun memakai nama Kyai Bumi saja.

Kyai P Bumidirjo sampai ke Panjer dan mendapat hadiah tanah di sebelah utara kelok sungai Lukulo , pada tahun 1670. Pada tahun itu juga dibangun padepokan/pondok yang kemudian dikenal dengan nama daerah Ki bumi atau Ki-Bumi-An, menjadi KEBUMEN.

Oleh karena itu bila lahirnya Kebumen diambil dari segi nama, maka versi Kyai Bumidirjo yang dapat dipakai dan mengingat latar belakang peristiwanya tanggal 26 Juni 1677.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah bahwa Kebumen berasal dari kata Bumi, nama sebutan bagi P Kyai Bumidirjo , mendapat awalan Ke dan akhiran an yang menyatakan tempat.

Hal itu berarti Kabumen mula mula adalah tempat tinggal P Bumidirjo.

Di dalam perjalanan sejarah Indonesia pada saat dipegang Pemerintah Hindia Belanda telah terjadi pasang surut dalam pengadaan dan pelaksanaan belanja negara , keadaan demikian memuncak sampai klimaksnya sekitar tahun 1930. Salah satu perwujudan pengetatan anggaran belanja negara itu adalah penyederhanaan tata pemerintahan dengan penggabungan daerah-daerah Kabupaten (regentschaap) . Demikian pula halnya dengan Kabupaten Karanganyar dan Kebupaten Kebumen telah mengalami penggabungan menjadi satu daerah Kabupaten menjadi Kabupaten Kebumen. Surat keputusan tentang penggabungan kedua daerah ini tercatat dalam lembaran negara Hindia Belanda tahun 1935 nomor 629. Dengan ditetapkannya Surat Keputusan tersebut maka Surat Keputusan terdahulu tanggal 21 juli 1929 nomor 253 artikel nomor 121 yang berisi penetapan daerah kabupaten Kebumen dinyatakan dicabut atau tidak berlaku lagi. Ketetapan baru tersebut telah mendapat persetujuan Majelis Hindia Belanda dan Perwakilan Rakyat (Volksraad).

Sebagai akibat ditetapkannya Surat Keputusan tersebut maka luas wilayah Kabupaten Kebumen yang baru yaitu : Kutowingun , Ambal , Karanganyar dan Kebumen. Dengan demikian Surat Keputusan Gubernur Jendral De Jonge Nomor 3 tertanggal 31 Desember 1935 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 1936 dan sampai saat ini tidak berubah .Sampai sekarang Kabupaten Kebumen telah memiliki Tumenggung/Adipati/Bupati sudah sampai 33 kali.

Beriringgnya perjalanan waktu yang semula untuk penetapan hari jadi Kabupaten Kebumen setiap tanggal 1 Januari, maka dari hasil diskusi panjang soal hari Jadi Kebumen sepertinya akan berakhir. Ini setelah  Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad, memutuskan memilih tanggal 21 Agustus 1629 sebagai Hari Jadi Kabupaten Kebumen, yang baru. Keputusan itu dilakukan pada rakor penentuan Hari Jadi Kabupaten Kebumen di Gedung F Kantor Bupati Kebumen, pada Senin 2 Oktober 2017 lalu.

Dirunut dalam data kesejarahan, peristiwa penyerangan Sultan Agung tersebut terjadi dua kali, yaitu pada tahun 1628 dan 1629. Secara lebih spesifik, peran logistik lebih menonjol pada penyerangan Sultan Agung yang kedua. Dalam data kesejarahan, penyerangan Sultan Agung ke Batavia dimulai pada 21 Agustus 1629. Peristiwa tersebut dipandang tepat sebagai momentum berdirinya Kebumen.

Jika lancar pembahasannya di DPRD tahun depan, Hari Jadi Kabupaten Kebumen yang baru akan mulai berlaku pada 2019 mendatang. Sehingga pada 2019 nanti Kabupaten Kebumen akan berusia 390 tahun.

KI BAGUS BODRONOLO

PANEMBAHAN SENOPATI (RAJA MATARAM)
        I
KR PEMBAYUN -------> KI AGENG MANGIR IV
        I
KI MADUSENO -------> DEWI MAJATI
        I
KI BAGUS BODRONOLO


JAKA SANGKRIP

Jaka Sangkrip adalah anak Kyai Hanggayuda , karena sejak kecil ia menderita penyakit Ketrapen "puru" ia tidak disenangi keluarganya. pada waktu berumur 16 s/d 17 tahun ia meninggalkan Kutawinangun dan berguru kepada Kyai Amat Yusuf di desa Bojongsari dan memakai nama samaran Surawijaya dan termasuk murid yang luar biasa. Setelah selesai berguru lalu meninggalkan desa Bojongsari menuju desa Selang dan berguru ngaji kepada Kyai Jaiman. Di masa mudanya Jaka Sangkrip atau Surawijaya senang melakukan tapa brata dan menolong orang antara lain yaitu :
  • Di desa Prasutan Surawijaya melakukan tapa di bawah pohon "benda", tapa Ngluwat (berkubur diri). karena kesaktiannya ia dapat menyembuhkan penyakit lumpuh yang dialami Keluarga Nalagati.
  • Di Karangbolong saat melakukan tapa di Gua Menganti ia mendapat wasiat cemeti (cambuk), dan di hutan Moros ia bertemu Kumbang ali-ali (roh halus) yang selalu membantu kesulitan Surawijaya dengan cara menjelma menjadi kera putih.
  • Di Gunung Brecong bertapa dengan mengikuti peredaran matahari pagi hari menuju ke timur, sore hari menuju ke barat, selama 15 hari.
·         Di Pantai Selatan bertapa menimbun diri di dalam pasir.

Setelah bertapa lalu menuju ke Gunung Bulupitu dan memperistri ratu jin bernama Nawangwulan. atas nasihat istrinya itu ia lalu pulang ke Kutawinangun dan diberi senjata" Kyai Naracabala".

Pada waktu itu Kutawinangun diduduki oleh Demang Prawiragati sedangkan Kyai Hanggayuda bersembunyi di Ngabean.


  NAMA-NAMA TUMENGGUNG/ADIPATI /BUPATI
  YANG PERNAH MEMIMPIN KEBUMEN
  
NO
N A M A
TAHUN
NAMA DAERAH
1
PANEMBAHAN BODRONOLO
1642-1657
PANJER
2
HASTROSUTO
1657-1677
PANJER
3
KALAPAKING  I
1677-1710
PANJER
4
KRT.KALAPAKING  II
1710-1751
PANJER
5
KRT.KALAPAKING  III
1751-1790
PANJER
6
KRT.KALAPAKING  IV
1790-1833
PANJER
7
KRT. ARUNGBINANG IV
1833-1861
PANJER
8
KRT. ARUNGBINANG V
1861-1890
KEBUMEN
9
KRT. ARUNGBINANG VI
1890-1908
KEBUMEN
10
KRT. ARUNGBINANG VII
1908-1934
KEBUMEN
11
KRT. ARUNGBINANG VIII
1934-1942
KEBUMEN
12
R. PRAWOTOSOEDIBYO.S
1942-1945
KEBUMEN
13

KRT. SAID PRAWIROSASTRO
1945-1947

14
RM. SOEDJONO
1947-1948
15
R.M. ISTIKNO SOSROBUSONO
1948-1951
16
R.M. SLAMET PROJORAHARDJO
1951-1956
17
R. PROJOSUDARTO
1956-1961
18
R. SUDARMO SUMOHARDJO
1961-1963
19
R.M. SUHARJO NOTOPROJO
1963-1964
20
DRS. R. SOETARJO KOLOPAKING
1964-1966
21
R. SUYITNO
1966-1968
KEBUMEN
22
MASHUD MERTOSUGONDO
1968-1974
23
R. SOEPENO SURYODIPROJO
1974-1979
24
Drs. H.DADIYONO YUDOPRAYITNO
1979-1984
25
DRS. ISWARTO
1984-1985
KEBUMEN
26
H. M.C. TOHIR
1985-1990
27
H. M. AMIN SOEDIBYO
1990-1995
28
H.M. AMIN SOEDIBYO
     1995-2000
29
Dra. RUSTRININGSIH
2000-2005
30
Dra. Hj. RUSTRININGSIH, M.Si
2005-2008
31
K.H.M NASHIRUDDIN AM
2008-2010
32
H. BUYAR WINARSO, SE
2010-2015





SEJARAH KEBUMEN DALAM KERANGKA SEJARAH NASIONAL

Sejarah awal mula adanya Kebumen tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Mataram Islam. Hal ini disebabkan adanya beberapa keterkaitan peristiwa yang ada dan dialami Mataram membawa pengaruh bagi terbentuknya Kebumen. Disamping itu memang daerah yang kemudian jadi Kebumen adalah masih di dalam lingkup Mataram.

Di dalam struktur kekuasaan yang memiliki kawasan daerah: Negara Agung, Kuta Negara, Manca Negara dan daerah Bang Wetan serta Bang Kulon. Lokasi Kebumen termasuk di daerah Manca Negara Bang Kulon. Semenjak belum ada nama Kebumen, daerah ini tepatnya di Karanglo, sudah terdapat penguasa Kademangan di bawah Mataram (Zaman Panembahan Senopati sekitar tahun 1584).

Cucu Panembahan Senopati yakni KI Maduseno (putra perkawinan Kanjeng Ratu Pembayun dengan Ki Ageng Mangir VI), disembunyikan dan dibesarkan di Karanglo. Pada tahun 1606 Ki Maduseno kawin dengan Dewi Majati, kemudian berputra KI Bagus Bodronolo. Ia adalah murid Sunan Geseng dari gunung Geyong. Dan pada waktu Sultan Agung dari Mataram mencari lumbung pangan untuk pasukannya menyerbu Batavia. Ki Bagus Bodronolo membantukan lokasi dan pengumpulan pangan dari rakyat desa dengan jalan membeli. Pada tahun 1627 prajurit Mataram berdatangan ke lumbung padi Ki Bodronolo yang kemudian daerah itu dinamai Panjer. Ki Buwarno utusan dari Mataram yang diminta mencari lumbung itu kemudian dijadikan Bupati Panjer yang bertugas sebagai pengadaan logistic bagi prajurit Mataram.

Ki Bagus Bodronolo yang sebetulnya cicit P anembahan Senopati ternyata dapat menampakkan kesatriannya. Kemudian ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan. Oleh karena itu daerah Panjer (sekarang masuk Kebumen) sudah dikenal sejak zaman Sultan Agung berkuasa. Dalam penyerbuan ke Batavia (1628-1629) . Namun daerah itu belum diberi nama Kebumen, masih bernaman Panjer. Yang penting perlu dicatat bahwa daerah ini merupakan tonggak patriotic dalam melawan Belanda sejak jaman Sultan Agung.
  1. Mataram pada Zaman Sultan Agung Hanyokro Kusumo
Sultan Agung Hanyokro Kusumo mulai memerintah Mataram pada tahun 1613 sampai tahun 1645. Selama 32 tahun itu, menunjukkan bentuk sebagai kerajaan besar dan mencapai keemasannya. Sultan Agung Hanyokrokusumo Kalifatullah Sayidin Panatagama, telah berhasil meletakkan dasar falsafah ideology Negara dengan nama "sastra gending". Disamping ittu, telah diwujudkan Undang-Undang Negara (Paugeran Negeri, Struktur kerajaan dan wilayah yang sudah diatur) lengkap dan rapi serta angkatan perang yang cukup kuat.
Pada pemerintahan Sultan Agung memiliki lembaga tinggi Negara yang dinamai Dewan Parampara, tugas dan fungsinya sebagai penasehat Raja/Sultan. Anggota Dewan Parampara itu terdiri : Keluarga Raja yang berusia tua, Sesepuh dan para Ulama. Sultan Agung sebelum bertindak selalu mengadakan konsultasi dengan dewan Parampara. Dalam hal ini ada seorang tokoh Saudara Sultan Agung yang juga Ulama yang duduk pada dewan Parampara, yaitu bernama Kyai Bumidirja. Kyai Bumidirdka ini yang nantinya sebagai cikal bakal nama Kebumen.

Sultan Agung memerintah Mataram dengan Bijak, berusaha menegakkan Agung Binathara, wenang wasesa ing sanagari, namun juga berbudi bawa leksana, ambeg adil paramarta. Artinya menumbuhkan kewibawaan dengan Agung sebagai penguasa tertinggi, namun juga punya sifat sabar berbudi luhur dan adil kepada semua insane. Adanya keseimbangan yang harmonis antara kekuasaandan keadilan, serta bermusyawarah dalam nenetapkan sesuatu. Hal ini menjadikan Mataram menjadi tentram dan semakin besar serta rakyatnya makmur.
Menurut catatan perjalanan Rijklof Van Goens yang lima kali mengunjungi Mataram selama Sultan AGung disebutkan :
"Mataram dibawah Sultan Agung bagaikan sebuah imperium Jawa yang besar dengan rajanya yang berwibawa. Istana Kerajaan yang besar dijaga prajurit yang kuat, kereta sudah rama, rumah penduduk jumlahnya banyak dan teratur rapi, pasarnya hidup, penduduknya hidup makmur dan tentram. Kraton juga punya penjara, tempat orang-orang jahat pelanggar hukum dan tawanan untuk orang Belanda yang kalah peran di Jepara"

Pada Jaman sultan Agung inilah telah dikenal secara resmi adanya sebuah daerah lumbung pangan (padi) di Panjer, yang kemudian dijadikan Kabupaten Panjer di bawah kekuasaan Mataram. Sebagai Bupati yang pertama ialah Ki Suwarno (dulunya utusan Mataram yang mencaro daerah lumbung padi sebagai logistic pasukan Mataram).
  1. Mataram pada jaman Amangkurat I
Amangkurat I memerintah Mataram mulai tahun 1645 sampai dengan 1677. Dikenal dalam babad maupun sumber arsip daerah Belanda. Bahwa kekuasaan Amangkurat I sangat berbeda dengan Sultan Agung. Sunan Amangkurat I lebih mengutamakan kekuasaan dengan kekerasan dan tidak kenal musyawarah serta kompromi. Dewan Parampara penasehat raja di hapus, pengadilan agama dihapus. Ia berjalan menurut kehendak sendiri. Perbedaan lain dengan Sultan Agung adalah Amangkurat I lebih suka bersahabat dengan VOC (Belanda). Pada tahun 1646 menjalin persahabatan dengan VOC yang dulunya musuh besar Mataram.
Ketentraman dan keharmonisan kehidupan rakyat jaman pemerintahannya jadi uyar, muncul beberapa kritik dan nasehat kepada raja, yang datangnya dari keluarga raja sendiri, Laim Ulama dan masyarakat umumnya. Namun raja amangkurat I tidak mau menerima nasehat dan kritik, justru yang dijalankan adalah membunuh siapa saja yang menentang kebijaksabaab Sunan Amangkurat I.

Pada jaman amangkurat I banyak terjadi intrik-intrik, misalnya antara lain: Pembunuhan Panegran Alit (adiknya sendiri) yang tidak setuju adanya kompromi dengan Belanda. Membunuh 6000 Ulama dan keluarganya, karena para tokoh agama itu sering menasehati raja dan tidak setuju raja yang bersahabat dengan Belanda. Kasus rebutan perempuan (Roro Oyi), Sunan Amangkurat I berebut dengan putranya Adipati Anom, sehingga terjadi pembakaran ndalem Mangkubumen, dan masih banyak lagi.

Pamanda Sunan Amangkurat I yang bernama Kyai Pangeran Bumidirja yang juga disebut Panembahan Bumidirja, merasa berkewajiban memberi nasehat kepada keponakannya, apalagi ketika Sunan Amangkurat I akan membunuh Pangeran Pekik dengan Tumpes Kelor seluruh keluarganya. Rencana itu didengar Pangeran Bumidirja, yang kemudian mengajukan nasehat dan keberatan tindakan raja. Sunan Amangkurat I tidak bisa menerima nasehat itu, bahkan marah dan akan menjatuhi hukuman kishos untuk Kyai P. Bumidirja. Namun berita itu, telah didengar pula oleh Kyai Bumidirja. Kemudian ia bersama isitrinya keluar dari Kraton Mataram dan meloloskan diri kea rah barat. Nantinya Kyai Pangeran Bumidirja ini yang mendirikan daerah baru, kemudian daerah itu diberi nama Karang Kenbumian, jadilah nama daerah KEBUMEN.

Meskipun sunan AMangkurat I selalu berupa mencari Kyai Pangeran Bumidirja, namun utusnannya tidak pernah kembali, dean selalu ikut bergabung menasehati oleh karena itu tindakannya semakin kejam.
Kekejaman yang dilakukan oleh Sunan Amangkurat I ternyata mmembawa dampak adanya ketidak harmonisan kekuasaan raja dengan kehidupan rakyatnya. Damapak ini menggoyahkan konsep kekuasaan Jawa yang telah dibina oleh Sultan Agung. Oleh karena itulah timbul keberanian rakyat, kaum bangsawan dan ulama untuk menentang raja Sunan Amangkurat I.

Kyai Kajoran, seorang ulama yang juga masih keturunan Panembahan Senopati, mulai menghimpun kekuatan untuk menghancurkan Sunan Amangkurat I, Kyai Kajoran yang juga disebut Panembahan Bama dibantu oleh Pangeran Purbaya, Adipati Anon (Paman Sunan Amangkurat I) dan Trunojoyo (bangsawan dari Madura dan Menantu Kyai Kajoran),s erta dibantu oleh sebagian prajurit mataram yang membelot, mengadakan serangan ke Kraton Mataram. Dalam perang itu Sunan Amangkurat I menderita kekalahan. Kemudian melarikan diri kea rah barat, menuju Batavia untuk minta bantuan VOC (Belanda). Peristiwa itu terjadi pada tanggal 18 Sapar tahun 1600 Saka, sinengkalan Sirna ilang rasaning bhumi, bertepatan pada hari Sabtu legi, malam Ahad Pahing tanggal 2 Juni 1677.

Lingsir atau jatuhnya tahta Sunan Amangkurat I ini juga dapat dihubungkan dengan kisah Kebumen, yaitu Panjer pada tanggal 26 Juni 1677 rombongan SUnan Amangkurat I sampai di daerah Panjer. Dan singgah di rumah Ki Gede Panjer III. Kebetulan malam itu hujan lebat. SUnan Amangkurat I minta minum air degan (air kelapa muda). Namun KI Gede Panjer ( Ki Kertowongso keturunan Ki Bagus Bodoronolo I/ Ki Gede Panjer) tidak dapat memetik Kelapa Muda, maka yang diberikan air kelapa tua kering (kelapa aking). Dengan minum air kelapa itulah Sunan Amangkurat I merasa segar dan sembuh sakitnya serta pulih kekuatannya. Atas jasa memberi minum kelapa aking itulah maka Ki Gede Panjer III diberi gelar Tumenggung Kelapa Aking I (Tumenggung Kalapaking I) di angkat jadi Adipati Panjer Pertama dan dibri istri anak SUnan Amangkurat I nomor 18 yaitu Dewi MUlat (Klenting Abang).
Setelah istirahat di Panjer, Sunan Amangkurat I dan rombongan mengadakan perjalanan lagi ke Barat namun sesampainya di Tegal Arung Sunan AMangkurat I wafat, dan disebut juga sebagai Sunan Amangkurat Tegal Arum.

Beberpa versi tentang Kebumen yang berhubungan dengan Mataram sebanyak induknya.
Versi Pertama, asal mula lahirnya Kebumen dilacak dari Berdirinya Panjer. Menurut sejarahnya Panjer berasal dari tokoh yang bernama KI Bagus Bodronolo ( ia anaka KI Maduseno dengan Dewi Majati, Ki Maduseno Maduseno adalah anaka K Ratu Pembayun dengan KI Ageng Mangir VI) Ki Bodronolo murid Sunan Geseng, ia membantu mataram jadi prajurit pengawal pangan dan kemudian jadi Senopati untuk menyerbu Batavia, di zaman Sultan Agung. Ketika Panjer dijadikan Kabupaten dengan Bupatinya Ki Suwarno (dari Mataram) Ki Bodronolo diangkat jadi Ki Gede di Panjer Lembah (Panjer Roma) dengan gelar Ki Gede Panjer Roma I, sedangkan anaknya yaitu Ki Kertosuto bertugas sebagai Demang Panjer Gunung. Adiknya yang bernama Ki Hastisuto membantu Ayahnya di Panjer Roma. Pengangkatan Ki Bodronolo jadi Ki Gede Panjer Roma karena atas jasanya menangkal serangan Belanda yang akan mendarat di Pantai Petanahan. Ko Kertosuto diangkat jadi patihnya Bupati Suwarno dan dikawinkan iparnya, kemudian punya anak Ki Kertodipo. Ki Gede Panjer Roma menyerahkan jabatannya pada anaknya Ki Hastrosuto dan kemudian bergelar KI Gede Panjer Roma II. Tokoh ini yang kemudian berjasa memberi tanah kepada Kyai Pangeran Bumidirjo. Tanah itu letaknya di Utara kelokan sungan Luk Ulo dan kemudian dijadikan pondok/padepokan yang mat terkenal. Untuk menyamar namanya Kyai BUmidirjo memakai nama Kyai Bumi atau Ki Bumi. Maka tanah padepokan yang lluas dan besar itu dikenal orang sebagai Ke0Bumi-an (tempat Kyai Bumi) dari Kebumian kemudian dikenal sebut KEBUMEN.

Kedatangan Kyai Pangeran Bumidirjo memnyebabkan kekhawatiran dan prasangka pihak Mataram . Oleh karena itu Kyai P Bumidirjo pergi meninggalkan pedepokannya ke Desa Lundong, sedangkan Ki Panjer Roma II dan Tumenggung Wongsonegoro Panjer Gunung juga menghindar dari Kerajaan Mataram. AKhirnya yang tinggal hanya Ki Kertowongso, ia dipaksa untuk tetap taat kepada Mataram dan diserahi penguasa dua Panjer sebagai Ki Gede Panjer III.Ki Gede Panjer III inilah yang kemudian berjasa meberi kelapa aking kepada Sunan Amangkurat I sehingga diberi gelar Tumenggung Kalapaking I jabatan Adipati Panjer I pada Tahun 1477-1710. Dari versi yang pertama ini dapat disinpulkan bahwa lahirnya Kebumen berasal dari Panjer, yaitu mulai tahun 1617 tanggalnya sekitar 26 Juni 1677.

Versi yang kedua adalah dilacak dari berdirinya Kapaten Kebumen yang pertama kali berdiri secara resmi dibawah Bupati Tumenggung Arung Binang IV (19833-1681). Pelacakan sejarah Kebupaten Kebumen ini dimulai sejak Tumenggung Arng Binang I, yang masa mudanya bernama Jaka Sangkrib. Dari beberapa sumber dinyatakan bahwa Jaka Sangkrib itu mempunyai darah keturunan Mataram, yaitu : Kyai Bumidirja, mempunyai emapt orang anak, yang ragil bernama kyai bekel. Kyai bekel punya anak kyai ragil . Kyai Ragil punya anak bernama kyai Hanggayuda, punya dua orang putrid salah satunya dikawin oleh Pangeran Puger, dari perkawinan itu lahirlah Jaka Sangkrib. Namun Jaka Sangkrib ditipkan pada Demang Kutawinangun (pamannya). Dari silsilah ini jelas Jaka Sangkrib merupakan keturunan Bangsawan Mataram yang berasal dari Kyai Bumidirja dan juga ayahnya Pangeran Puger.

Setelah dewaa Jaka Sangrib mencari ayah aslinya ke Keraton Mataram dengan jalan panjang melalui liku-liku prihatin dan keaktian. Akhirnya dapat menjumpai ayahnya di Mataram. Dansetelah dapat membuktikan keturunan raja, maka ia diangkat sebagai Mantri Gladag, kemudian sampai dengan Bupati Nayaka dengan Gelar Hanggawangsa. Dalam tugasnya ia berhasil memadamkan pemberontakando Begelen dan sekitarnya. Jaka Sangkrib atau Hanggawangsa juga dipercaya memilihkan lolasi Kraton baru yaitu Surakarta (Solo).
Hanggawangsa diambil menantu patih Suakarta, dan kemudian diangkat ssebagai Tuenggung Arung Binang I, bertempat di Surakarta. Ia sampai keturunannya Arung BInang III bertempat di Surakarta. Sewdang Arung BInang IV sampai VIII secara resmi menjadi Bupati Kebumen.

Versi yang ketiga dilacak sejarahnya dari asal mula nama Kebumen atau munculnya nama Kebumen yang pertama kali. Bila dimulai dari nama Kebumen, maka sumber lahirnya yang paling kuat dan dapat didukung oleh seluruh sumber adalah adanya tokoh Kyai Pangeran Bumidirja.
Kyai Bumidirja adalah bangsawan Ulama dari Mataram adik Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Ia dikenal sebagai penasehat raja yang bernai menyampaikan yang benar itu benar yang salah itu salah. Kyai Pangeran Bumidirja sering memperingatkan raja bila sudah melanggar batas-batas keadilan dan kebenaran. Ia berpegang pada prinsip: Pertama, mejaga kewibawaan dan keluhuran raja agar raja adil dan bijaksana. Disamping itu, Kedua, is sangat kasih saying dengan rakyat kecil.

Kayi Bumidirja memberanikan diri memperingatkan keponakannya yaitu Sunan Amangkurat I karena Sunan sudah melanggar paugeran keadilan dan bertindak keras dan kejam, pembunuhan meraja;e;a, bahkan kompromi dengan VIOC (Belanda) dan memusuhi bangsawan ulana dan rakyatnya. Peringkatan Kyai Pangeran Bumidirja membuat kemarahan Sunan Amangkurat I dan direncanakan akan dibunuh, karena menghalangi hukum Qishos terhadap Kyai Pekik dan keluarganya (mertuanya sendirei) Untuk menghadapi hal itu Kyai Pangeran Bumidirja lebih baik pergi meloloskan diri dari kungkungan Sunan Amangkurat I. Dalam perjalannya ia tidak memakai nama kebangsawanannya, namun memakai nama Kyai Bumi saja. Hal ini tertuang dalam Babad Arung Binang:

"Dhawuhipun Kyai Boemi, puto-puto wau boten pareng kasebat asmo sak jatosipun : Raden Mas utawi Raden. Prayogi kasebat Kyai Kemawon, prelunipun mboten ngenget-ngenget' Hal 9
Kyai Pangeran Bumidirja sampai di Panjer dan mendapat hadiah tanah disebelah ura sungai LUk Ulo, pada tahun 1670. Pada tahun itu juga dibangun padepokan/pondok yang kemudian dikenal dengan nama daerah Ki Bumi atau Ka-Bumi-an, menjadi Kebumen
Dari kisah pangeran Kyai Bumidirja ini dapat disimpulakan adanya pertama kali muncul/lahir nama Kebumen. Oleh karena itu, bila lahirnya Kebumen diambil dari segi nama, maka versi Kyai Bumidirja yang dapat dipakai dan mengingat latar belakang dan peristiwanya adalah atanggal; 26 Juni 1677.
Hari Jadi Kebumen

•  Berdasarkan bukti-bukti sejarah
Sesuai dengan pencarian terhadap bukti-bukti sejarah seperti yang dipaparkan dimuka, dapat diketahui bahwa keberadaan daerah Kebumen telah diketahui sebelum masa Pemerintahan Sultan Agung Hanyokro Kusumo.
Hal ini dapat dibuktiukan dengan pendirian lumbung persedain pangan di Panjer ketika terjadi penyerbuan Mataram teerhadap terhadap VOC di Batavia. Yang berarti sebelum itu daerah Panjer sudah ada. Tetapi daerah ini menjadi dikenal dengan nama Kebumen setelah kedatangan Pangeran Bumidirja yang meloloskan diri dari Mataram. Kisah tentang hubungan Pangeran Bumidirja dengan Mataram dan Kiprah Kyai Pangeran Bumidirja didaerahnya sendiri memberikan petunjuk tentang asal mula penamaan Kebumen. Dari berbagai sumber dapat diketahui bahwa Kebumen berasal dari Kata Bumi. Nama sebutan bagi Kyai Pangeran Bumidirja mendapat awalan ke danakhiran an yang menyatakan tempat. Hal ini berarti Kebumen mula-mula adalah tempat Kyai Pangeran Bumidirja.

Demikian pula berkenaan dengan para tokoh pergerakan dalam sejarah Kebumen terdapat beberapa orang yang menonjol peranannya. Ki Kertawangsa misalnya, ia telah memberikan pertolongan dan sekaligus sebagai pendamping susuhunan AMngkurat sehingga mendapat gelar dan kedudukan sebagai Tumenggung Kalapaking, Adipati Panjer. Tetapi pada waktu itu daerahnya masih bernama panjer. Demikian pula bila diikuti kisah kepahlawanan dan kepatriotan Jaka Sangkrib/Tumenggung Arumbinang I, maka tokoh ini membawa nama harum bagi daerah Kebumen khususnya dan darah keturunan Mataram pada umumnya. Namun demikian dari dirinya sendiri ia menyatakan tetap menghormati leluhurnya yaitu Kyai Pangeran Bumidirja (Supra 60)

Dengan demikian kisah perjalanan hidup Pangeran Bumidirja dapat ditemukan dua gejala yang menarik dan menyatu. Dari dirinyalah kemudian dikenal sebutan Kebumen, yang berarti tempat tinggal Pangeran Kyai Bumi. Demikian pula dari tokoh ini terdapat pertalian yang erat antara daerah Kebumen dengan Kerjaan Mataram, baik dari segi pemerintahan maupun dari segi geneologi.
Ketetapan wilayah Kabupaten Kebumen
Dalam perjalanan sejarah Nasional, pada saat kekuasaan dipegang oleh Pemerintah Hindia Belanda telah terjadi pasang surut dalampengadaan dan pelaksanaan Belanja Negara. Keadaan itu semakin memuncak mencapai klimaksnya sekitar tahun 1930-1n. DSalah satu perwujudan dari adanya pengetatan belanja Negara itu adalah penyederhanaan atat pemerintahan dengan penggabungan daerah-daerah Kabupaten.

Demikian pula halnya dengan Kabupaten Karanganyat dan Kabupaten Kebumen telah mengalami penggabungan menjadi satu daerah Kabupaten yang disebut dengan Kabupaten Kebumen. Surat Keputusan tentang penggabungan kedua daerah ini tercatat dalam lembaran Negara Hindia Belanda tahun 1935 Nomor 629. Adapun isi pokok dari Surat Keputuan itu adalah tentang Pembaharuan Pemerintahan. Desentralisasi Kabupaten dan daerah Jawa Tengah. Selanjutnya disebutkan bahwa dengan terbitnya Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1935 Nomor 629 ini maka Surat Keputusan terdahulu tanggal 12 Juli 1929 Nomor 253 artikel nomor 121 yang berisi penetapan daerah Kabupaten Kebumen dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Ketetapan terbaru ini telah mendapatkan persetujuan dari Majelis Hindia Belanda dan Perwakilan Rakyat (Volksraad).

Sebagai akibat dengan ditetapkannya penggabungan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Kebumen, maka luas wilayah Kabupaten Kebumen yang baru meliputi : Kutowinangun, AMbal, Karanganyar dan Kebumen. Demikian pula mengenai tata Pemerintahan terjadi peralihan ke dalam Pemerintahan Kabupaten Kebumen dengan memperhatikan hak yang sama. Para pegawai dan karyawan yang semula bertugas d Kabupaten Karanganyar dipindah tugaskan ke Kabupaten Kebumen, dengan memperoleh perlakuan yang sama, seperti disebut dalam artikel 5 ayat (3) Surat Keputusan ini. Sedangkan mengenai keanggotaan Dewan Kabupaten, selama masa transisi Anggota Dewan Kabupaten Karanganyar turut bersidang dalam Dewan Kabupaten Kebumen dengan mempunyai hak siding yang sama sampai terjadiny pemilihan periodic untuk anggota bumi putera Dewan Kabupaten Kebumen terjadi pada tahun 1933. Adapun komposisinya masih sama seperti disebut dalam artikel 2 ayat (1) dan ayat (2) ordonantuie 12 Juli 1929 Lembaran Negara nomor 246 artikel 121 Peraturan Negara Hindia Belanda yang berbunyi :

•  Dewan Kabupaten terdiri dari Bupati sebagai Ketua dan 36 Anggota, yang diantaranya 5 warga Negara orang belanda, 27 warga negara bumi putera-bukan orang belanda dan 4 warga Negara luar bumi putera-bukan orang belnda.
•  Dari 27 warga Negara bumi putera-bukan orang belanda yang dimaksudkan pada ayat (1) di atas, 19 orang ditunjuk melalui pemilihan.
Dengan demikian wilayah Kabupaten Kebumen yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal De Jonge Nomor 3 tertanggal 31 desember 1935 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1936 sampai saat ini tidak berubah.

Pada tahun 1934-1935 terjadi pergeseran dan mutasi Kabupaten dan Bupati di Jawa tengah termasuk terjadi penggabungan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Kebumen menjadi Kabupaten Kebumen. Bupati Karanganyar RAA> Iskandar Tirtokoesoemo dipindah ke DEmak menggantikan RAA Sastrohardiwijoyo dipindah ke Kebumen menggantikan kakanya dan bergelar Arungbinang VIII.
Bupati ini semula menjadi Bupati Magelang dan kedudukannya di Magelang digantikan oleh RAAA SOSrodiprojo (Adik dari Arungbinang VII atau kakak Arungbinang VI)
Pembantu Gubernur Jawa Tengah untuk wilayah Kedu diangkat sebagai pejabat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kebumen tanggal 19 Desember 1984. Drs. H. Iswarto menyerahkan kepada HMC. Tohir pada tanggal 19 Maret 1985.




Sejarah Cikal Bakal Kabupaten Kebumen (sisi gelap sejarah)






PANJER


Sisi Gelap Sejarah dan Romantisme Masa lalu Sebuah Desa Perjuangan yang Nyaris Hilang Mengupas Fakta tentang Asal – Usul Desa / Kelurahan dan Kabupaten Kebumen
Oleh : Sayyid R. Ravie Ananda
Dipersembahkan oleh Ki Ravie Ananda kepada Tanah Dhawa
NKRI PANCASILA
Present by: Ki Ravie Ananda to the Long Island, United Country of Indonesian Republic with Five Principles.
Re Posting by: Addi J. Veckoke [R.Y.M. for the Great Motherland]

Pendahuluan

Panjer Adalah nama sebuah Desa / Kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Nama Panjer sendiri telah lama dikenal, jauh sebelum nama Kebumen itu ada, tepatnya sejak masa Pra Islam. Satu hal yang sangat disayangkan adalah “ nyaris hilangnya riwayat Panjer baik dalam masyarakat Panjer itu sendiri maupun dalam pengetahuan masyarakat Kabupaten Kebumen pada umumnya, serta kurangnya perhatian dan pemeliharaan terhadap situs bangunan peninggalan bersejarah dan budaya masa lampau yang terdapat di daerah tersebut “.
Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, mengingat Panjer adalah cikal bakal Berdirinya Kabupaten Kebumen. Sebagai desa yang kini berbentuk kelurahan, Panjer tetap khas dengan rasa dan suasana masa lampaunya.

Panjer Pra Mataram Islam

Dalam Kitab “ Babad Kedhiri “, disebutkan: “ Babagan kadipaten Panjer dicritakake nalika adipati Panjer sepisanan mrentah ing Panjer, duwe kekareman adu pitik. Sawijining dina nalika rame-ramene kalangan adu pitik ing pendhapa kadipaten, ana salah sijine pasarta sing jenenge Gendam Asmarandana, asale saka Desa Jalas.
Gendam Asmarandana sing pancen bagus rupane kuwi wusana ndadekake para wanita kayungyun, kalebu Nyai Adipati Panjer. Nyai Adipati sing weruh baguse Gendam Asmarandana uga melu-melu kayungyun. Kuwi ndadekake nesunya Adipati Panjer. Nalika Adipati Panjer sing nesu kuwi arep merjaya Gendam Asmarandana kanthi kerise, Gendam Asmarandana kasil endha lan suwalike kasil nyabetake pedhange ngenani bangkekane Adipati Panjer.

Adipati Panjer sing kelaran banjur mlayu tumuju Sendhang Kalasan sing duwe kasiyat bisa nambani kabeh lelara. Nanging durung nganti tekan sendhang kasil disusul dening Gendam Asmarandana lan wusana mati. Gendam Asmarandana sing weruh Adipati Panjer mati banjur mlayu tumuju omahe nanging dioyak dening wong akeh. Gendam Asmarandana sing keweden banjur njegur ing Sendhang Kalasan.

Wong-wong sing padha melu njegur ing sendhang, kepara ana sing nyilem barang, tetep ora kasil nyekel Gendam Asmarandana. Wong-wong ngira yen Gendam Asmarandana wus malih dadi danyang sing manggon ing sendhang kuwi. Sabanjure kanggo ngeling-eling kedadeyan kuwi digawe pepethan saka watu sing ditengeri kanthi aran Smaradana, mapan ing Desa Panjer ”.

Di dalam kitab tersebut, memang hanya sedikit sekali keterangan tentang Panjer karena yang menjadi “ Objek Sentralnya “ adalah Kerajaan Medangkamulan, Mamenang dan pergantian tahta ( jauh sebelum Ajisaka masuk ke Jawa ), akan tetapi dari literatur di atas dapat disimpulkan bahwa Panjer adalah sebuah wilayah yang memang sudah dikenal sejak masa pra Islam.

Di Indonesia terdapat dua daerah yang menggunakan nama Panjer yakni di Kabupaten Kebumen dan di Pulau Bali. Namun jika diamati dari segi Genetik Historisnya ( istilah penulis ), maka Panjer Kebumen lah yang disinyalir kuat sebagai suatu daerah yang dari dahulu telah bernama Panjer dan merupakan tempat terjadinya beberapa peristiwa sejarah dari masa ke masa.

Babad Panjer menurut periodisasi Mataram Islam

Mataram Islam adalah Kerajaan Mataram periode ke 2 yang pada mulanya merupakan sebuah hutan lebat yang dikenal sebagai Alas Mentaok, wujud hadiah dari Hadiwijaya ( Sultan Demak terakhir ) kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya dalam membunuh Arya Penangsang yang merupakan saingan besar Hadiwijaya dalam perebutan tahta Kerajaan Demak. Ki Ageng Pemanahan kemudian membabad hutan lebat tersebut dan menjadikannya sebuah desa yang diberinya nama Mataram. Alas Mentaok itu sendiri sebenarnya adalah bekas kerajaan Mataram Kuno yang runtuh sekitar tahun 929 M yang kemudian tidak terurus dan akhirnya dipenuhi oleh pepohonan lebat hingga menjadi sebuah hutan. Alas Mentaok mulai dibabad oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Martani sekitar tahun 1556 M. Ki Ageng Pemanahan memimpin desa Mataram hingga Ia wafat pada tahun 1584 M dan dimakamkan di Kotagedhe. Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan, sebagai pengganti dipilihlah putranya yang bernama Sutawijaya / Panembahan Senopati ( Raja Mataram Islam pertama, dimakamkan di Kotagedhe ). Panembahan Senopati memerintah tahun 1587 – 1601 M. Ia digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Jolang / Sultan Agung Hanyakrawati ( wafat tahun 1613 M dimakamkan di Kotagedhe ). Sultan Agung Hanyakrawati digantikan putranya yang bernama Raden Mas Rangsang yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung Hanyakrakusuma ( memerintah tahun 1613 – 1646 M). Sultan Agung Hanyakrakusuma digantikan oleh Putranya yang bernama Sultan Amangkurat Agung (Amangkurat I memerintah pada tahun 1646 – 1677 M)

Di Dalam “ Kidung Kejayaan Mataram “ ( terjemahan Bahasa Indonesia ) disebutkan secara Implisit mengenai keberadaan Panjer.

Bait 04

Demikianlah maka pada suatu hari yang penuh berkat
berangkatlah rombongan Ki Gedhe ke Alas Mataram
di situ ada di antaranya: Nyi Ageng Ngenis, Nyi Gedhe Pemanahan
Ki Juru Mertani, Sutawijaya, Putri Kalinyamat, dan pengikut dari Sesela. Ketika itu adalah hari Kamis Pon, tanggal Tiga Rabiulakir
yaitu pada tahun Jemawal yang penuh mengandung makna
Setibanya di Pengging rombongan berhenti selama dua minggu
Sementara Ki Gedhe bertirakat di makam Ki Ageng Pengging
Lalu meneruskan perjalanan hingga ke tepi sungai Opak
Dimana rombongan dijamu oleh Ki Gedhe Karang Lo.

Setelah itu berjalan lagi demi memenuhi panggilan takdir
hingga tiba di suatu tempat, disana mendirikan Kota Gedhe
Ki Gedhe Karang Lo yang dimaksud dalam bait di atas adalah pemimpin daerah Karang Lo ( kini masuk dalam wilayah Kecamatan Karanggayam ). Ini artinya sebelum berdirinya Kerajaan Mataram Islam pun, Karang Lo ( Kadipaten / Kabupaten Panjer ) telah dikenal dan diperhitungkan dalam ranah pemerintahan kerajaan pada waktu itu ( Demak dan Pajang ).


Panjer Dalam Teritorial Masa Lampau

Kerajaan Mataram Islam mengenal sistem pembagian wilayah berdasarkan jauh – dekatnya dan tinggi – rendahnya suatu tempat, sehingga pada saat itu dikenallah beberapa pembagian wilayah kerajaan yakni :

1. Negara Agung
2. Kuta Negara
3. Manca Negara
4. Daerah Bang / Brang / Sabrang Wetan
5. Daerah Bang / Brang / Sabrang Kulon.


Masa Pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma adalah masa keemasan Mataram. Ia memerintah dengan bijaksana, adil dan penuh wibawa, sehingga rakyat pada masa itu merasakan ketentraman dan kemakmuran. Menurut catatan perjalanan Rijklof Van Goens ( Ia mengunjungi Mataram lima kali pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma ) disebutkan bahwa : “ Mataram di bawah Sultan Agung bagaikan sebuah Imperium Jawa yang besar dengan rajanya yang berwibawa. Istana kerajaan yang besar dijaga prajurit yang kuat , kereta sudah ramai, rumah penduduk jumlahnya banyak dan teratur rapi, pasarnya hidup, penduduknya hidup makmur dan tenteram. Kraton juga punya penjara, tempat orang – orang jahat pelanggar hukum dan tawanan untuk orang Belanda yang kalah perang di Jepara. Pada masa Sultan Agung inilah dikenal secara resmi adanya sebuah daerah lumbung pangan ( padi ) di Panjer dengan bupatinya bernama Ki Suwarno.

Panjer termasuk dalam katagori daerah Mancanegara Bang / Brang / Sabrang Kulon. Jauh sebelum nama Kebumen itu ada, tepatnya di daerah Karang Lo / wilayah Panjer Gunung ( kini masuk dalam wilayah kecamatan Karanggayam ), sudah terdapat penguasa kademangan di bawah Mataram ( masa pemerintahan Panembahan Senopati sekitar tahun 1584 M ). Di daerah tersebut, cucu Panembahan Penopati yang bernama Ki Maduseno ( putra dari Kanjeng Ratu Pembayun ( salah satu putri Panembahan Senopati ) dengan Ki Ageng Mangir VI ) dibesarkan. Ki Maduseno menikah dengan Dewi Majati dan kemudian berputra Ki Bagus Badranala ( Bodronolo; makam di desa Karangkembang; dahulu masuk dalam wilayah Panjer Gunung ). Ki Badranala adalah murid Sunan Geseng dari Gunung Geyong. Ia mempunyai peran yang besar dalam membantu perjuangan Mataram melawan Batavia pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ki Badranala yang mempunyai jiwa nasionalis tinggi, membantu Sultan Agung dengan menyediakan lokasi untuk lumbung dan persediaan pangan dengan cara membelinya dari rakyat desa. Pada tahun 1627 M prajurit Mataram di bawah pimpinan Ki Suwarno mencari daerah lumbung padi untuk kepentingan logistik. Pasukan Mataram berdatangan ke lumbung padi milik Ki Badranala dan selanjutnya daerah tersebut secara resmi dijadikan Kabupaten Panjer di bawah kekuasaan Mataram. Sebagai Bupati Panjer, diangkatlah Ki Suwarno, dimana tugasnya mengurusi semua kepentingan logistik bagi prajurit Mataram. Karier militer Ki Badranala sendiri dimulai dengan menjadi prajurit pengawal pangan dan selanjutnya Ia diangkat menjadi Senopati dalam penyerangan ke Batavia.

Dibakarnya Lumbung Padi Panjer

Sejarah nasional menyebutkan bahwa kekalahan Sultan Agung Hanyakrakusuma disebabkan oleh dibakarnya lumbung – lumbung padi Mataram oleh Belanda, dimana lumbung terbesar pada saat itu adalah lumbung yang berada di Panjer ( kemungkinan besar lokasi tersebut berada di dalam kompleks daerah yang kini menjadi Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati yang mempunyai luas sekitar 4 Ha ).

Peristiwa ini terjadi pada penyerangan Mataram yang ke 3 dan sekaligus menjadi peperangan terakhir Sultan Agung Hanyakrakusuma. Beliau wafat pada awal tahun 1645 M dan dimakamkan di Imogiri. Selanjutnya, Pada masa Sultan Amangkurat I, Panjer berubah menjadi sebuah desa yang tidak sesibuk ketika masih dijadikan pusat lumbung padi Mataram pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Pembagian Wilayah Panjer

Panjer masa lalu dibagi dalam dua wilayah yaitu Panjer Roma ( Panjer Lembah ) dan Panjer Gunung. Ki Badranala diangkat menjadi Ki Gedhe Panjer Roma I atas jasanya menangkal serangan Belanda yang mendarat di pantai Petanahan. Putra tertua Ki Badranala yang bernama Ki Kertasuta bertugas sebagai Demang di wilayah Panjer Gunung, sedangkan adiknya yang bernama ki Hastrasuta membantu ayahnya ( Ki Badranala ) di Panjer Roma. Ki Kertasuta kemudian diangkat menjadi Patih Bupati Panjer, Ki Suwarno. Ia dinikahkan dengan adik ipar Ki Suwarno dan berputra Ki Kertadipa. Ki Badranala menyerahkan jabatan Ki Gedhe Panjer Roma kepada anaknya ( Ki Hastrasuta ) yang kemudian bergelar Ki Gedhe Panjer Roma II. Beliaulah yang kemudian berjasa memberikan tanah kepada Pangeran Bumidirja / Ki Bumi ( paman Amangkurat I yang mengungsi ke Panjer sebab tidak sepaham dengan Sultan Amangkurat I ). Tanah tersebut terletak di sebelah Timur Sungai Luk Ula dengan panjang kurang lebih 3 Pal ke arah Selatan dan lebar setengah ( ½ ) Pal ke arah Timur. Pangeran Bumidirja kemudian membuka tanah ( trukah ) yang masih berupa hutan tersebut dan menjadikannya desa. Desa inilah yang kemudian bernama Trukahan ( berasal dari kata dasar Trukah yang berarti memulai ). Seiring berjalannya waktu nama desa Trukahan kini hanya menjadi nama padukuhan saja ( sekarang masuk dalam wilayah kelurahan Kebumen ).

Riwayat desa Trukahan yang kemudian berubah menjadi Kelurahan Kebumen pun kini nyaris hilang, meskipun Balai Desa / Kelurahan Kebumen hingga kini berada di daerah tersebut.
Kutipan dari “ Babad Kebumen “ menyebutkan: “ Kanjeng Pangeran Bumidirdja murinani sanget sedanipun Pangeran Pekik, sirna kasabaranipun nggalih, punapadene mboten kekilapan bilih Negari Mataram badhe kadhatengan bebendu. Puntonipun nggalih, Kanjeng Pangeran Bumidirdja sumedya lolos saking praja sarta nglugas raga nilar kaluhuran, kawibawan tuwin kamulyan.


Tindakipun Sang Pangeran sekaliyan garwa, kaderekaken abdi tetiga ingkang kinasih. Gancaring cariyos tindakipun wau sampun dumugi tanah Panjer ing sacelaking lepen Luk Ula. Ing ngriku pasitenipun sae lan waradin, toyanipun tumumpang nanging taksih wujud wana tarabatan. Wana tarabatan sacelaking lepen Luk Ula wau lajeng kabukak kadadosaken pasabinan lan pategilan sarta pakawisan ingkang badhe dipun degi padaleman…..

Kanjeng Pangeran Bumidirdja lajeng dhedhepok wonten ing ngriku sarta karsa mbucal asma lan sesebutanipun, lajeng gantos nama Kyai Bumi….. Sarehning ingkang cikal bakal ing ngriku nama Kyai Bumi, mila ing ngriku lajeng kanamakaken dhusun Kabumen, lami – lami mingsed mungel Kebumen.

Dhusun Kebumen tutrukanipun Kyai Bumi wau ujuripun mangidul urut sapinggiring lepen Luk Ula udakawis sampun wonten 3 pal, dene alangipun mangetan udakawis wonten ½ pal ”.

Dalam Babad Kebumen memang tidak terdapat cerita mengenai desa Trukahan, akan tetapi jika dilihat dari segi Logika Historis ( istilah penulis ), yang dimaksud dengan Desa / Dhusun Kabumian adalah Trukahan. Hal ini dapat ditelusuri berdasarkan Logika Historis antara lain :

1. Wilayah dan nama Trukahan sejak pra kemerdekaan hingga kini masih tetap ada, dimana Balai Desa / Kelurahan Kebumen dan Kecamatan Kebumen berada dalam wilayah tersebut ( sedangkan Pendopo Kabupaten masuk dalam wilayah Bumirejo ).

2. Makam / Petilasan Ki Singa Patra yang sebetulnya merupakan Pamokshan, sebagai situs yang hingga kini masih terawat dan diziarahi baik oleh warga setempat maupun dari luar Kebumen ( meskipun belum diperhatikan oleh Pemerintah baik Kelurahan maupun Kabupaten ) adalah makam tertua yang ada di kompleks pemakaman Desa Kebumen. Singa Patra adalah sosok tokoh yang nyaris hilang riwayatnya, meskipun namanya jauh lebih dikenal oleh warga Kelurahan Kebumen sejak jaman dahulu kala dan diyakini sebagai tokoh yang menjadi cikal bakal Desa Trukahan masa lampau. Penulis mensinyalir bahwa Tokoh ini hidup lebih awal dibandingkan masa kedatangan Badranala, sebab Beliau ( Badranala ) yang hidup pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma adalah pendatang di desa Panjer ( Lembah / Roma ). Beliau sendiri berasal dari daerah Karang Lo ( yang dahulu masuk dalam wilayah Panjer Gunung ). Sebagai seorang pendatang yang kemudian berdiam di Panjer Roma, Badranala memperistri Endang Patra Sari. Endang adalah sebutan kehormatan bagi perempuan Bangsawan. Hal ini bisa kita lihat pada situs pemakaman Ki Badranala di desa Karangkembang dimana terdapat beberapa makam yang menggunakan Klan / Marga Patra, dimulai dari Istri Badranala sendiri, hingga beberapa keturunannya.

3. Hilangnya babad Trukahan dan riwayat Ki Singa Patra dimungkinkan adanya kepentingan politik penguasa waktu itu. Terlebih riwayat Babad Kebumen baru diterbitkan pada tahun 1953 di Praja Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat oleh R. Soemodidjojo ( seorang keturunan KP. Harya Cakraningrat / Kanjeng Raden Harya Hadipati Danureja ingkang kaping VI, Pepatih Dalem ing Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat),
yang notabene bukan warga asli bahkan mungkin tidak pernah sama sekali tinggal di Panjer ataupun Trukahan / Kebumen. Dengan kata lain, warga Kelurahan Kebumen baru mengenal sosok Bumidirdja semenjak diterbitkannya riwayat Babad Kebumen yang kini lebih populer dengan adanya media Internet.

4. Kurun waktu Mataram Sultan Agung Hanyakrakusuma jelas lebih tua daripada Bumidirja. Sedangkan Ki Badranala yang kemudian bermukim di Panjer saat itu telah memperistri perempuan dari Klan Patra ( yang mungkin mengilhami nama sebuah Hotel di Kota Kebumen ).

5. Menurut “ Sejarah Kebumen dalam Kerangka Sejarah Nasional “ yang ditulis oleh Dadiyono Yudoprayitno ( Mantan Bupati Kebumen ) disebutkan bahwa Pangeran Bumidirdja membuka tanah hasil pemberian Ki Gedhe Panjer Roma II / Ki Hastrosuto ( anak Ki Badranala ). Riwayat ini pun tidak disebutkan dalam Babad Kebumen. Riwayat yang lebih terkenal sampai saat ini adalah riwayat yang ditulis oleh R. Soemodidjojo yang notabene bukan warga asli dan bahkan mungkin belum pernah tinggal di Kebumen, dimana diceritakan bahwa Kebumen berasal dari dari kata Ki Bumi yang merupakan nama samaran dari Pangeran Bumidirja yang kemudian trukah di tepi sungai Luk Ula, sehingga kemudian tempat tersebut dinamakan Kebumian.

6. Pasar Kebumen, pada awalnya berada di wilayah Trukahan, tepatnya di daerah yang kini menjadi kantor Kecamatan Kebumen hingga kemudian pindah ke daerah yang kini menjadi pasar Tumenggungan. Maka daerah di sekitar bekas pasar lama tersebut sampai sekarang masih bernama Pasar Pari dan Pasar Rabuk, karena memang lokasi pasar lama telah menggunakan sistem pengelompokan.

7. Adanya pendatang setelah dibukanya tanah / trukah seperti yang disebutkan dalam Babad Kebumen yang kemudian bermukim, juga bisa diperkirakan mendiami daerah yang kini bernama Dukuh. Hal ini dimungkinkan dengan sebutan nama Dukuh yang telah ada sejak lama.

Asal Mula Nama Tumenggung Kalapaking

Datangnya Pangeran Bumidirdja di Panjer, menimbulkan kekhawatiran Ki Gedhe Panjer Roma II dan Tumenggung Wangsanegara Panjer Gunung karena Pangeran Bumidirdja saat itu dinyatakan sebagai buronan Kerajaan. Akhirnya Ki Gedhe Panjer Roma II dan Tumenggung Wangsanegara memutuskan untuk meninggalkan Panjer dan tinggallah Ki Kertawangsa yang dipaksa untuk tetap tinggal dan taat pada Mataram. Ia diserahi dua kekuasaan Panjer dan kemudian bergelar Ki Gedhe panjer Roma III. Dua Kekuasaan Panjer ( Panjer Roma dan Panjer Gunung ) membuktikan bahwa Panjer saat itu sebagai sebuah wilayah berskala luas ( Kabupaten / Kadipaten ) sehingga dikategorikan dalam daerah Brang Kulon.

Pada tanggal 2 Juli 1677 Trunajaya berhasil menduduki istana Mataram di Plered yang ketika itu diperintah oleh Sultan Amangkurat Agung ( Amangkurat I ). Sebelum Plered dikuasai oleh Trunajaya, Sultan Amangkurat Agung dan putranya yang bernama Raden Mas Rahmat berhasil melarikan diri ke arah Barat. Dalam pelarian tersebut, Sultan Amangkurat Agung jatuh sakit. Beliau kemudian singgah di Panjer ( tepatnya pada tanggal 2 Juni 1677 ) yang pada waktu itu diperintah oleh Ki Gedhe Panjer III. Sultan Amangkurat I diobati oleh Ki Gedhe Panjer III dengan air Kelapa Tua ( Aking ) karena pada waktu itu sangat sulit mencari kelapa muda. Setelah diobati oleh Ki Gedhe Panjer III, kesehatan Sultan Amangkurat I berangsur membaik. Beliau kemudian menganugerahi gelar kepada Ki Gedhe Panjer III dengan pangkat Tumenggung Kalapa Aking I ( Kolopaking I, sebagai jabatan Adipati Panjer I ( 1677 – 1710 ). Tumenggung Kalapaking I digantikan oleh putranya dan bergelar Tumenggung Kalapaking II ( 1710 – 1751 ), dilanjutkan oleh Tumenggung Kalapaking III ( 1751 – 1790 ) dan Tumenggung kalapaking IV ( 1790 – 1833 ).

Setelah merasa pulih, Sultan Amangkurat Agung melanjutkan perjalannya menuju ke Barat, akan tetapi sakitnya ternyata kambuh kembali dan akhirnya Beliau wafat di desa Wanayasa ( Kabupaten Banyumas ) tepatnya pada tanggal 13 Juli 1677. Menurut Babad Tanah Jawi, kematian Sultan Amangurat Agung dipercepat oleh air kelapa beracun pemberian Raden Mas Rahmat ( putranya sendiri yang menyertai Beliau dalam pelarian ). Sesuai dengan wasiatnya, Beliau kemudian dimakamkan di daerah Tegal Arum ( Tegal ) yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Tegal Wangi. Sementara itu tampuk kepemimpinan Panjer periode Kolopaking hanya berlangsung hingga Kolopaking IV dikarenakan adanya suksesi di Panjer pada waktu itu antara Kalapaking IV dan Arungbinang IV yang berakhir dengan pembagian wilayah dimana Kalapaking mendapat bagian di Karanganyar dan Banyumas, sedangkan Arungbinang tetap di Panjer. Sejak pemerintahan Arungbinang IV inilah Panjer Roma dan Panjer Gunung digabung Menjadi satu dengan nama Kebumen. Berdasar pemaparan di atas, penulis menyimpulkan ( sumber : sasmita yang penulis dapat ) bahwa berdirinya Pendopo Kabupaten Kebumen di wilayah desa / kelurahan Bumirejo ( bukan di wilayah desa / kelurahan Kebumen sebagai Nol Kilometernya pemerintahan, dimana seharusnya Desa, Kecamatan, dan Kabupaten Kebumen berada dalam satu lingkup ) disebabkan adanya suksesi antara Tumenggung Kalapaking IV dan Arungbinang IV. Untuk memantapkan kedudukan setelah kemenangannya atas peristiwa pembagian wilayah, Arungbinang IV mendirikan Pendopo Kabupaten baru yang kini menjadi Pendopo dan Rumah Dinas Bupati Kebumen lengkap dengan alun – alunnya. Adapun Pendopo Kabupaten lama / Kabupaten Panjer kemungkinan berada di lokasi Pabrik Minyak Sari Nabati Panjer, dengan memperhatikan tata kota yang masih ada ( seperti yang penulis paparkan dalam sub judul Metamorfosis Panjer ) dan luas wilayah Pabrik yang mencapai sekitar 4 Ha, serta adanya pohon – pohon Beringin tua yang dalam sistem Macapat digunakan sebagai simbol suatu pusat pemerintahan kota zaman kerajaan.

Begitu juga dengan Tugu Lawet yang pada awalnya merupakan tempat berdirinya sebuah Pohon Beringin Kurung ( yang kemudian ditebang dan dijadikan Tugu Lawet ), dimana di sebelah Utaranya adalah Kamar Bola ( gedung olahraga, pertunjukan dan dansa bagi orang Belanda ) serta lokasi pasar Kebumen lama yang pada awalnya berada di wilayah Trukahan ( pusat pasar rabuk berada di sebelah Timur Balai Desa Kebumen, pasar lama berada di sebelah Utara klenteng, sub pasar rabuk berada di sebelah Utara pasar lama, pasar pari / padi berada di sebelah Selatan klenteng dan pasar burung yang tadinya merupakan Gedung Bioskup Belanda sebelum dihancurkan dan kemudian didirikan gedung Bioskup Star lama di sebelah Timur Tugu Lawet ), semakin menguatkan bahwa pusat pemerintahan Kabupaten Panjer / Kebumen tempo dulu adalah di desa Panjer dan Trukahan ( sumber : wawancara tokoh sepuh desa Kebumen ). Hal ini sesuai juga dengan kurun waktu berdirinya Masjid Agung Kauman Kebumen yang didirikan oleh KH. Imanadi pada masa pemerintahan Arungbinang IV ( setelah masa Diponegoro ) yang membuktikan bahwa berdirinya Pendopo Kabupaten Kebumen yang berada di wilayah Kutosari dan Bumirejo merupakan pindahan dari pusat kota lama di Panjer.

Metamorfosis Historis Panjer

Seiring berjalannya waktu dan berkuasanya Belanda di Indonesia, desa Panjer juga tidak luput dari kekuasaan Belanda. Panjer tetap dijadikan basis pemerintahan oleh Pemerintah Belanda karena lokasinya yang sangat trategis ( meskipun sejarah masa lalu itu telah hilang ). Hal ini dapat kita lihat dari sisi genetik historisnya dimana Panjer sampai saat ini adalah suatu desa / kelurahan yang lengkap dengan fasilitas – fasilitas yang dibangun oleh Belanda jauh sebelum kemerdekaan, seperti: Stasiun Kereta Api, Rumah Sakit ( dahulu dikenal dengan nama Sendeng; berasal dari kata Zending yang berarti politik penyebaran agama Pemerintah Kolonial Belanda dengan dalih pertolongan kesehatan ), Gedung Pertunjukan, Pertahanan Militer, Perumahan Belanda yang lebih dikenal dengan nama KONGSEN ( berasal dari kata Kongsi ), Taman Kanak – Kanak yang dahulunya mungkin juga merupakan tempat pendidikan bagi anak – anak para Pejabat Belanda yang tinggal di wilayah tersebut, serta Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati ( yang hingga kini menjadi milik Perusda Propinsi Jateng yang tutup sekitar tahun 1985 ).

Pergantian kekuasaan sejak zaman Mataram Islam, kolonial Belanda, hingga Pemerintahan NKRI ternyata tidak mempengaruhi perubahan desa Panjer dari segi Substansi dan Genetik Historis. Hal ini dapat kita lihat dengan sebuah pembanding sebagai berikut :

Panjer Zaman Sultan Agung

1. Sebagai Lumbung padi dan Pusat Logistik Pasukan Mataram
2. Sebagai Kotaraja Kabupaten Panjer ( yang tentunya telah memiliki kelengkapan fasilitas seperti kesehatan, transportasi, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain – lain meskipun masih bersifat sederhana )
3. Sebagai Basis Militer Mataram

Panjer Zaman Kolonial Balanda ( kemudian diteruskan oleh Jepang )

1. Sebagai Pusat logistik yakni dengan didirikannya Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati ( seluas 4 Ha ).
2. Sebagai desa yang memiliki berbagai fasilitas seperti Transportasi ( dengan didirikannya stasiun ), Perumahan Belanda ( lebih dikenal dengan sebutan Kongsen lengkap dengan sarana dan prasarananya baik sarana pendidikan anak – anak, Kesehatan ( Zending / Sendeng ) gedung Pertunjukan ( Gedung Bioskup Gembira ), gedung olahraga dan aula yang terdapat di dalam lokasi pabrik, dan lain – lain.
3. Basis Militer Belanda

Panjer Zaman Kemerdekaan

1. Sebagai Pusat Logistik ; dengan didirikannya Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati oleh Belanda yang setelah tutup sekitar tahun 1985 kemudian beralih fungsi sebagai gudang penampungan tebu sementara sebelum diolah menjadi gula pasir di Pabrik Gula Yogyakarta; disewakan kepada pabrik rokok untuk menampung cengkeh ( sekitar tahun 1989 ), disewakan sebagai gudang penyimpanan bijih Plastik ( sekitar tahun 1990 ), disewakan sebagai gudang beras Bulog, disewakan sebagai lahan perkebunan semangka; disewakan sebagai kantor Pajak; disewakan sebagai tempat penyimpanan sementara alat – alat berat kesehatan RSU; Sebagai tempat penampungan sementara Kompor dan tabung gas dalam rangka program konversi gas pada tahun 2009.
2. Terdapatnya pusat transportasi Kereta Api ( stasiun Kereta Api Kebumen )
3. Bertempatnya Markas TNI / Kodim Kebumen
4. Terdapatnya tempat pertunjukan Film ( gedung Bioskop Gembira, yang kini telah dibangun dan dialihkan fungsi )
5. sebagai tempat RSUD Kebumen
6. Terdapatnya tempat pendidikan Taman Kanak – Kanak PMK Sari Nabati
7. Terdapatnya Lapangan Tenis dan Bulutangkis, serta menjadi tempat latihan Beladiri berbagai Perguruan yang ada di wilayah Kebumen (sekitar tahun 1990 an )
8. terdapatnya Perumahan Nabatiasa
9. dan lain – lain.

Dilihat dari fakta – fakta di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Panjer dari masa ke masa tidak memiliki perubahan fungsi, hanya saja terus menyesuaikan dengan perkembangan peradaban dan budaya.

Romantisme Panjer Masa Lalu

Sebagai desa yang terbilang tua, Panjer penuh dengan benda – benda budaya peninggalan dari tiga periode ( Mataram, Belanda dan Kemerdekaan ) yang dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu :

I. Benda yang Masih tersisa antara lain :

1. Bangunan Tua yang sangat Luas bekas Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati ( lengkap dengan rel dan Lori pengangkut kopra menuju pengolahan, saluran irigasi, perkantoran, penimbangan, pos jaga, lapangan Bulutangkis dan Aula dan lain – lain.

2. Perumahan Belanda ( Kongsen ) Nabatiasa.

3. Sumur Tua yang disinyalir sudah ada sejak jaman pra Mataram Islam yang mungkin tadinya berwujud sendang. Sumur itu berada didalam lokasi Pabrik paling Timur dengan diameter kurang lebih 4 M ( sekitar tahun 1990 an pernah terbit Surat Kabar Kebumen yang memuat sejarah Panjer sebagai cikal bakal Kebumen, dimana disebutkan juga adanya Legenda Sendang Kuno dan sebuah Batu Kuno semacam sebuah Prasasti di desa Panjer, sayang hingga kini tidak diketahui keberadaannya.
4. Tiga buah WC umum peninggalan Belanda yang terdapat di Selatan perumahan Belanda yang kini disebut Kongsen dengan dua sumur umum yang berdiameter sekitar 2,5 meter.
5. Bangkai Truk pengangkut Kopra yang teronggok di garasi depan Pabrik Sari Nabati.
6. Bekas Roda Meriam yang dipasang di dekat pintu masuk Pabrik dan lapangan Panjer sebelah Timur.
7. Pohon Pinus yang ditanam di pintu Masuk perumahan Kongsen sebelah Barat dan di sebelah utara Stasiun Kereta Api.
8. Pohon Kamboja peninggalan Belanda di halaman Taman Kanak – Kanak Sari Nabati.

II. Benda yang telah hilang antara lain :

1. Tiga buah Pohon Saman Raksasa di sebelah Utara stasiun yang ditebang sekitar tahun 1989. Dahulu ketika pohon tersebut masih ada, daerah tersebut terasa sangat klasik dan kuno. Berbagai jenis burung dapat kita jumpai bersarang dan berkicau di atasnya. Terdapat juga Ayam Hutan yang bersarang dan selalu berkokok di pagi hari di atas pohon tersebut.
2. Rel dan Lori yang berasal dari baja dan semua bahan – bahan yang berasal dari besi, termasuk plat – plat besi tebal penutup saluran irigasi ( kalen ), mesin pembuat dan pengolah minyak, seng atap penutup pabrik, dan lain – lain ( dikarenakan sekitar tahun 2000 dilelangkan sebagai barang bekas )
3. Tiga buah sumur pompa umum di kompleks perumahan / Kongsen.
4. Pintu “ HS “ (pintu ruangan generator listrik pabrik jaman Belanda) yang dahulu selalu membuka dengan sendirinya setiap Kamis sore dan menutup Jumat sore ( di atas pintu tersebut terdapat tulisan berhuruf Jawa dan Belanda “ High Stroom “. Setiap pintu tersebut membuka, keluarlah sepasang burung gagak yang terbang mengitari wilayah Kongsen, dan akan masuk kembali ke ruangan tersebut sesaat sebelum pintu tersebut menutup ). Keanehan yang dahulu menjadi konsumsi hiburan bernuansa magis gratis bagi masyarakat setempat kini tidak lagi bisa dilihat ( sejak sekitar tahun 1995 ). Bangunan Pabrik yang penuh dengan warisan budaya tiga periode tersebut, yang dahulu terasa sangat indah, klasik dan menyejukkan serta nyaman, kini 80% telah menjadi puing – puing yang kokoh tanpa atap dan hutan semak belukar.
5. Kesenian Ebleg Panjer yang dahulu sangat terkenal di Kabupaten Kebumen kini tidak lagi hidup, bahkan kelengkapan kesenian itu telah rusak dan hanya tersisa sebuah Barongan Tua Keramat yang nyaris hilang ( barongan ini ditemukan kembali tanpa sengaja oleh seorang warga Panjer di desa Kalirancang ).
6. Dua buah pohon Flamboyan raksasa yang tinggi dan sangat indah ketika berbunga serta beberapa pohon Beringin besar yang berada di lapangan Panjer sebelah Timur, tepatnya di sebelah Selatan bangunan WC umum Kongsen.
7. Pohon Sakura yang berada di sebelah Utara sumur Kongsen bagian Barat ( dahulu sering digunakan untuk bermain anak – anak Kongsen, kemungkinan peninggalan pejabat Jepang yang tinggal di sana waktu itu ).
8. Pintu masuk Kongsen sebelah Barat ( pintu tersebut dahulu sering digunakan untuk bermain ayunan oleh anak – anak Kongsen ).
9. Pohon Beringin besar yang berada di halaman Taman Kanak – Kanak Sari Nabati.
10. Bak Tempat Penampungan sampah buatan zaman Belanda (dahulu terletak di sebelah selatan Kongsen).

Kembalinya Barongan Tua Keramat Panjer

Bentuk seni dan budaya yang telah ada turun – temurun di desa Panjer adalah Ebleg. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Ebleg sama dengan Kuda Lumping. Menurut penulis, Ebleg tidak bisa disamakan dengan Kuda Lumping. Perbedaan antara Ebleg dan Kuda Lumping adalah :

Ebleg : Suatu kesenian khusus yang merupakan perpaduan antara tarian, filosofi dan mistis yang di dalamnya mempunyai tiga instrumen pokok yakni Gending, Barongan dan Kuda Lumping / Jaran Kepang. Menurut penulis Ebleg adalah kesenian yang sudah berkembang sejak masa Sultan Agung Hanyakrakusuma. Hal ini dapat diamati dari beberapa hal antara lain :

1. Gending ; melambangkan Sastra Gending, sebuah kitab karya Sultan Agung Hanyakrakusuma.
2. Barongan yang bentuknya meniru seekor singa ; melambangkan Sosok Sultan Agung yang dari dahulu disegani dan mendapat julukan Singa Jawa dari para lawannya.
3. Kuda Lumping / Jaran Kepang : melambangkan pasukan berkuda Mataram yang gagah dan berani mati, kompak dan disiplin.

Kuda Lumping : Suatu kesenian tarian ( tarian kuda ) hasil pengembangan dari kesenian Ebleg dimana di dalamnya tidak mengharuskan adanya barongan dan unsur mistis.

Barongan desa Panjer telah berusia lebih dari 100 tahun ( bahkan dimungkin telah ada jauh sebelum jaman pra Kemerdekaan. Hal ini penulis simpulkan setelah mewawancarai beberapa tokoh Ebleg Panjer, dimana tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui sejak kapan Barongan tersebut ada di Panjer. Dari semua narasumber yang ada, hanya mengetahui bahwa Barongan tersebut telah ada sejak para leluhur mereka kecil ). Barongan yang terbuat dari kayu Kendal dan dilapisi kulit Harimau Tutul itu sempat hilang setelah kevakuman kesenian Ebleg Panjer pada sekitar tahun 1995. Hilangnya Barongan Keramat tersebut diketahui setelah seorang mantan pemain Ebleg Panjer yang bernama Waris ( Pak Waris ) yang kebetulan bekerja sebagai Penjaga Pabrik Sari Nabati mempunyai itikad untuk menghidupkan kembali kesenian tersebut. Sekitar tahun 2003 Beliau secara kebetulan berbincang – bincang dengan seorang Kusir Dokar dari desa Kalirancang yang mangkal di stasiun Kebumen dimana topik pembicaraan pada saat itu adalah kesenian Ebleg. Kusir Dokar tersebut bercerita bahwa di desanya memiliki kesenian Ebleg yang juga tidak aktif lagi. Adapun barongannya konon kabarnya dahulu meminjam dari desa Panjer. Berangkat dari cerita tersebut akhirnya Pak Waris segera menghubungi pengurus Ebleg Kalirancang melalui kusir dokar tersebut dan akhirnya kembalilah Barongan Tua desa Panjer ke asalnya. Tahap selanjutnya, Pak Waris mengumpulkan para mantan pemain ebleg dan mengajak untuk menghidupkan kembali Ebleg Panjer yang terbilang paling tua di Kabupaten Kebumen tersebut. Beliau bersama Pak Dalang Parijo ( alm. ) pada saat itu segera memimpin kembali latihan ebleg dengan peralatan seadanya yakni “ sapu ijuk “ yang dijadikan peraga pengganti kuda lumping yang ketika itu telah rusak. Setelah keseragaman geraktari dan gending pengiring dirasa padu, maka dimulailah latihan sekaligus pagelaran rutin di lapangan Manunggal Kodim setiap hari Kamis Wage ( sesuai tradisi jaman dahulu ). Peraga Kuda Lumping pun kemudian dibeli oleh grup kesenian Ebleg Panjer di daerah Bocor dengan swadana dari anggota. Kesenian tua yang pernah menjadi kebanggaan masyarakat Panjer dan terkenal di Kabupaten Kebumen itu sangat disayangkan kini kembali vakum. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian pemerintah baik Desa maupun Kabupaten.
Sebuah pujian dan acungan jempol kiranya patut sekali diberikan kepada para anggota kesenian Ebleg Panjer yang ternyata hingga saat ini masih berkemauan keras untuk menghidupkan kembali kesenian tersebut di tengah munculnya kesenian baru di desa Panjer ( kesenian Kentongan Banyumasan dan Janeng ). Rapat kecil para anggota pun telah dilaksanakan untuk membentuk wadah dan kepengurusan. Harapan penulis, semoga pemerintah setempat ataupun pemerintah Kabupaten Kebumen segera memberikan perhatian dan dukungan (apresiasi) yang serius terhadap kesenian Ebleg Panjer yang merupakan kesenian Ebleg Tertua di Kabupaten Kebumen. Kesenian tua dari desa yang pernah menjadi pusat kekuatan Pasukan Mataram saat memerangi Belanda silam.

Panjer dalam Kenangan Penulis

Saya lahir di desa Panjer pada tahun 1980. Ayah saya bekerja sebagai karyawan di Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati. Sejak dilahir hingga tahun 1993, saya tinggal besama orang tua di Perumahan Nabatiyasa ( Eks Perumahan Belanda ) yang lebih dikenal dengan sebutan Kongsen. Saya sempat menikmati saat – saat kejayaan Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati sebelum akhirnya tutup pada tahun 1985. Banyak kenangan indah di desa Panjer yang tak bisa tergantikan dengan apapun yang ternyata sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian saya.

Sebagai anak seorang karyawan, sebuah kenangan indah adalah menaiki Lori menuju lokasi pengambilan jatah minyak dan logistik bulanan bagi karyawan. Naik Lori adalah pengalaman langka yang tidak bisa dinikmati oleh semua anak, hal ini dikarenakan Lori hanya ada di tempat – tempat tertentu seperti Pabrik Minyak, Pabrik Gula dan sejenisnya. Setiap tengah malam, suara peluit dari cerobong Pabrik sebagai penanda pergantian shif terasa khas dan klasik, perpaduan rasa mencekam dan sakral bagi setiap anak kecil di Kongsen.

Bersama teman – teman sebaya bermain melihat fenomena spiritual membuka dan menutupnya pintu “ HS “ serta keluar dan masuknya sepasang burung gagak adalah pengalaman yang langka dan hanya dapat disaksikan di Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati Panjer. Di atas pintu yang tidak lagi membuka tersebut, kini tumbuh sebuah pohon Beringin yang akarnya telah menutupi sebagian pintu.
Pabrik seluas 4 Ha yang terkenal kuno dan angker itu pun urung dijadikan tempat Uji Nyali sebuah program acara reality show beberapa waktu silam, dikarenakan ketidakberanian tim penyelenggara acara menanggung kemungkinan resiko yang akan ada jika mengambil tempat yang terlalu Kuno dan Angker.

Panjer tempo dulu sepertinya juga menjadi pusat kerajinan batu mulia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya berbagai batu akik baik yang telah jadi maupun bahan mentah di depan halaman rumah paling barat ( yang menghadap selatan ), sehingga kenangan anak – anak Kongsen pun semakin lengkap dengan adanya kegiatan mencari batu akik selepas hujan reda di tempat tersebut. Dengan penuh ketekunan dan kejelian anak – anak saat itu “ Ndhodhok “ sambil menajamkan pandangan terhadap sinar kilau dari batu yang muncul akibat lapisan tanah penutupnya terbawa air.

Ketika Bunga flamboyan raksasa berbunga, anak – anak Kongsen dengan riang gembira bermain di bawah jingganya bunga- bunga yang berguguran menutup tanah di bawahnya. Sambil menari – nari, anak – anak membunyikan polong yang jatuh dari pohon tersebut untuk selanjutnya mereka gunakan sebagai alat musik “ ecek – ecek “ sambil berteriak riang “ Hore – Hore… Salju “ ( bunga flamboyan yang berguguran diimajinasikan seperti salju jingga ).

Masa dibukanya penutup saluran irigasi / kalen juga merupakan saat yang sangat dinanti bagi anak – anak Kongsen, sebab di masa itulah anak – anak turun beramai – ramai dengan peralatan yang ada untuk mengambil ratusan ikan lele lokal yang besarnya bisa mencapai 1 Kg ( perekornya ), ikan – ikan Behtok dan Gabus ( Bayong ) yang selama musim mengalirnya air irigasi bersembunyi di selokan yang tertutup plat tersebut. Panen ini dirasakan seluruh warga Kongsen.

Ketika musim kemarau tiba, dua buah sumur tua Kongsen yang kebetulan ikut surut dan keruh pun, dikuras oleh warga. Pengurasan ini merupakan saat menyenangkan bagi anak – anak Kongsen yang ikut bekerjabakti menguras sumur, sebab di dalamnya banyak ditemukan benda – benda klasik seperti Keris, batu Akik, dan lain – lain yang tentunya hal ini tidak didapati di setiap sumur.

Anak – anak Kongsen juga akrab dengan cerita hantu, namun cerita hantu di daerah Panjer tidak seperti kebanyakan ( misal pocong, kuntilanak dan sejenisnya ). Hantu di Panjer yang telah banyak dilihat oleh warga sekitar dan orang – orang dari luar Panjer yang kebetulan berolahraga Bulutangkis malam di lapangan dalam Pabrik adalah hantu Keranda, hantu Kereta Kuda dan Rombongan Kuda, hantu Orang Belanda, hantu Prajurit jaman kerajaan ( yang menunggu pintu masuk WC umum ), serta berupa suara – suara tanpa wujud seperti berbunyinya tiang dari besi di lapangan timur tanpa ada yang membunyikan setiap tengah malam yang selalu menjadikan rasa penasaran anak – anak Kongsen. Layaknya detektif, anak – anak yang bermain kemah – kemahan setiap liburan sekolah, selalu mengamati dari kejauhan peristiwa itu dengan penuh keheranan bercampur takut.
Pada saat – saat akhir kejayaan pabrik, anak – anak mempunyai kebiasan mengambil beberapa kopra yang sedang dijemur dan memakannya. Rasa manis dan gurih dari kopra hingga kini mungkin masih termemori dalam ingatan anak – anak Kongsen.

Tutupnya Pabrik dan bergantinya fungsi menjadi tempat penampungan tebu sementara adalah hal yang tetap menggembirakan bagi anak – anak Kongsen, sebab setiap truk tebu yang datang penuh muatan, menjadi harapan bagi anak – anak. Mereka dengan cekatan mengambil tanpa ijin dengan mengendap – ngendap di bawah truk yang berhenti di garasi, tentunya setelah melompati pagar besi terlebih dahulu.

Setiap bulan puasa, kegiatan rutin anak – anak Kongsen selain mengaji adalah menunggu buka puasa dengan melihat kereta api dan keluarnya kawanan kelelawar yang bersarang di gudang garam kompleks stasiun. Ribuah kelelawar itu akan menjadi tontonan kembali di pagi harinya setelah usai solat Subuh saat kelelawar tersebut pulang ke sarangnya.

Datangnya sekelompok wisatawan asing yang lebih dikenal dengan ” turis “ setiap tahun ke pabrik juga merupakan hal yang menarik bagi anak – anak Kongsen. Mereka selalu mengambil foto untuk dokumentasi sebuah pabrik tempat nenek moyangnya dahulu bermukim dan bekerja. Turis – turis tersebut adalah keturunan dari para pembesar Belanda yang sebelum kemerdekaan menempati dan mengelola pabrik Panjer.

Kerjabakti membersihkan rumput ilalang di lokasi pabrik sebelah timur yang sangat luas juga merupakan kebahagiaan tersendiri bagi anak – anak Kongsen. Setiap musim kemarau saat ilalang dan rumput perdu mengering telah dibakar, terlihat jelas dasar – dasar lantai pabrik masa lalu sebagai tempat pembuatan minyak kelapa raksasa. Dibakarnya terlebih dahulu lokasi tersebut untuk mempermudah dan mematikan puluhan ular kobra yang banyak terdapat di area tersebut. Karena jarang dilalui manusia, burung – burung yang indah dan beraneka macam pun banyak bersarang di lokasi tersebut. Kawasan itu layaknya sebuah pulau kecil yang hanya dihuni oleh sekawanan burung – burung dan binatang lainnya. Dahulu di lokasi ini pernah juga ditemukan seonggok tutup Tank ( kendaraan tempur ) milik Belanda.


Panjer memang sebuah desa yang hingga sekarang masih khas dengan kekunoannya, meskipun mungkin dalam sejarah berdirinya Kebumen banyak hal yang tertutup mengenai desa ini dan hanya terekspos sosok Bumidirja dan Jaka Sangkrip. Kurangnya perhatian Pemerintah terhadap sejarah Kebumen, Panjer dan desa – desa lainnya kiranya sangat mempengaruhi pengetahuan dan kecintaan masyarakat Kebumen kepada tempat lahirnya. Kerancuan – kerancuan sejarah pun banyak sekali dijumpai misal :

Makam Pangeran Bumidirja di Lundong Kutowinangun.

Makam tersebut mengundang tandatanya bagi penulis. Pangeran Bumidirdja adalah nama lain dari Ki Bumi, tetapi mengapa di makam tersebut terdapat dua makam dimana yang satu bertuliskan Pangeran Bumidirdja ( di dalam cungkub ), sedangkan yang satunya lagi bertuliskan Ki Bumi ( di luar cungkub ). Kerancuan yang lain juga terdapat pada makam yang berada di sebelah makam P. Bumidirdja yang bertuliskan P. Mangkubumi II. Hal ini jelas akan mengundang reaksi kritis, sebab Pangeran Mangkubumi adalah gelar dari RM . Sujono ( salah satu putra dari Amangkurat Jawi / RM. Surya Putra dengan garwa selir ) yang setelah menjadi raja ( akibat perjanjian Giyanti tentang pembagian tanah sengketa ) kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwana I, sehingga Pangeran Mangkubumi II adalah gelar lain dari Sultan Hamengkubuwana II ( RM. Sundoro ). Adanya penulis Babad Kebumen atau Panjer yang mengatakan bahwa Ki Bumi adalah P. Mangkubumi, bisa dikatakan tidak memahami benar – benar tokoh – tokoh tersebut dan kedudukannya di dalam pemerintahan Mataram pada masa itu. Begitu juga dengan adanya makam Ki Bumi dan P. Bumidirja yang saya sebutkan tadi, dapat disimpulkan bahwa yang bertugas dalam bidang sejarah dan budaya Kabupaten Kebumen kurang jeli dan memperhatikan antara sejarah, dongeng dan fakta yang ada.

Penutup

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para leluhurnya dengan mengenal dan menjaga sebaik mungkin sejarahnya, serta melestarikan budaya warisannya. Meski kebenaran yang hakiki tidak akan pernah bisa dipastikan, menjaga sejarah, kesenian dan budaya adalah wujud dari cinta tanah air dan bangsa. Semoga desa Panjer yang penuh sejarah tersebut segera mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan pihak – pihak yang terkait lainnya. Begitu juga dengan riwayat Trukahan dan Ki Singa patra yang nyaris hilang dari babad sejarah Kebumen, semoga bisa dijadikan salah satu pegangan dalam melestarikan sejarah desa Kebumen yang sesungguhnya dalam rangka menghidupkan kembali Kearifan Budaya Lokal.

Desa Panjer yang penuh nilai sejarah dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan dengan menjadikan puing – puing Pabrik Sari Nabati menjadi tempat wisata sejarah dan spiritual layaknya Benteng Vander Wijk Gombong itu kiranya akan menambah aset Budaya Kabupaten Kebumen.

Sumber Pustaka :
Sejarah Nasional Indonesia
Babad Kedhiri
Kidung Kejayaan Mataram
Babad Kebumen, R. Soemodidjojo
Sejarah Kebumen dalam Kerangka Sejarah Nasional, Dadiyono Yudoprayitno


Sumber Lisan :
Wawancara dengan beberapa tokoh narasumber
Sumber Spiritual :
Sasmita – sasmita saat tirakat di beberapa makam dan situs
Sura Dira Jayaningrat Kabeh Lebur dening Pangastuti. Rahayu
Salam Pancasila.


Penulis : Sayyid R. Ravie Ananda





DAFTAR NAMA DESA DAN KODE POS 

SE KABUPATEN KEBUMEN


1. Kecamatan Adimulyo

Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Adimulyo :
- Kelurahan/Desa Adikarto (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Adiluhur (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Adimulyo (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Arjomulyo (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Arjosari (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Banyuroto (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Bonjok (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Candi Wulan (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Caruban (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Joho (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Kemujan (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Mangunharjo (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Meles (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Pekuwon (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Sekarteja (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Sidamukti (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Sidamulyo (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Sugihwaras (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Tambakharjo (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Tegalsari (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Temanggal (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Tepakyang (Kodepos : 54363)
- Kelurahan/Desa Wajasari (Kodepos : 54363)

2. Kecamatan Alian / Aliyan
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Alian :
- Kelurahan/Desa Bojongsari (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Jatimulyo (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Kalijaya (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Kaliputih (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Kalirancang (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Kambangsari (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Karangkembang (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Karangtanjung (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Kemangguhan (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Krakal (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Sawangan (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Seliling (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Surotrunan (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Tanuharjo (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Tlogowulung (Kodepos : 54352)
- Kelurahan/Desa Wonokromo (Kodepos : 54352)

3. Kecamatan Ambal
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Ambal :
- Kelurahan/Desa Ambalkebrek (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Ambalkliwonan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Ambalresmi (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Ambarwinangun (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Banjarsari (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Benerkulon (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Benerwetan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Blengorkulon (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Blengorwetan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Dukuhrejasari (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Entak (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Gondanglegi (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Kaibon (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Kaibonpetangkuran (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Kembangsawit (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Kenayajayan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Kradenan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Lajer (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Pagedangan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Pasarsenen (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Peneket (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Plempukankembaran (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Prasutan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Pucangan (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Sidareja (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Sidoluhur (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Sidomukti (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Sidomulyo (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Singosari (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Sinungreja (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Sumberjati (Kodepos : 54392)
- Kelurahan/Desa Surobayan (Kodepos : 54392)

4. Kecamatan Ayah
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Ayah :
- Kelurahan/Desa Argopeni (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Argosari (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Ayah (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Banjararjo (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Bulurejo (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Candirenggo (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Demangsari (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Jatijajar (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Jintung (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Kalibangkang (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Kalipoh (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Karangduwur (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Kedungweru (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Mangunweni (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Pasir (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Srati (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Tlogosari (Kodepos : 54473)
- Kelurahan/Desa Watukelir (Kodepos : 54473)

5. Kecamatan Bonorowo
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Bonorowo :
- Kelurahan/Desa Balorejo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Bonjokkidul (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Bonjoklor (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Bonorowo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Mrentul (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Ngasinan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Patukrejo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Pujodadi (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Rowosari (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Sirnoboyo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Tlogorejo (Kodepos : 54395)

6. Kecamatan Buayan
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Buayan :
- Kelurahan/Desa Adiwarno (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Banyumudal (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Buayan (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Geblug (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Jatiroto (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Jladri (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Jogomulyo (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Karangbolong (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Karangsari (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Mergosono (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Nogoraji (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Pakuran (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Purbowangi (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Rangkah (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Rogodadi (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Rogodono (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Semampir (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Sikayu (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Tugu (Kodepos : 54474)
- Kelurahan/Desa Wonodadi (Kodepos : 54474)

7. Kecamatan Buluspesantren
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Buluspesantren :
- Kelurahan/Desa Ambalkumolo (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Ampih (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Arjowinangun (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Ayamputih (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Banjurmukadan (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Banjurpasar (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Bocor (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Brecong (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Buluspesantren (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Indrosari (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Jogopaten (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Kloposawit (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Maduretno (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Rantewringin (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Sangubanyu (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Setrojenar (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Sidomoro (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Tambakrejo (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Tanjungrejo (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Tanjungsari (Kodepos : 54391)
- Kelurahan/Desa Waluyo (Kodepos : 54391)

8. Kecamatan Gombong
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Gombong :
- Kelurahan/Desa Gombong (Kodepos : 54411)
- Kelurahan/Desa Wonokriyo (Kodepos : 54412)
- Kelurahan/Desa Semondo (Kodepos : 54413)
- Kelurahan/Desa Semanding (Kodepos : 54414)
- Kelurahan/Desa Banjarsari (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Kalitengah (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Kedungpuji (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Kemukus (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Klopogodo (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Panjangsari (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Patemon (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Sidayu (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Wero (Kodepos : 54416)
- Kelurahan/Desa Wonosigro (Kodepos : 54416)

9. Kecamatan Karanganyar
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Karanganyar :
- Kelurahan/Desa Candi (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Giripurno (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Grenggeng (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Jatiluhur (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Karanganyar (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Karangkemiri (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Panjatan (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Plarangan (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Pohkumbang (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Sidomulyo (Kodepos : 54364)
- Kelurahan/Desa Wonorejo (Kodepos : 54364)

10. Kecamatan Karanggayam
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Karanggayam :
- Kelurahan/Desa Binangun (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Clapar (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Ginandong (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Giritirto (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Glontor (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Gunungsari (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Kajoran (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Kalibening (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Kalirejo (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Karanggayam (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Karangmojo (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Karangrejo (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Karangtengah (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Kebakalan (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Logandu (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Pagebangan (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Penimbun (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Selogiri (Kodepos : 54365)
- Kelurahan/Desa Wonotirto (Kodepos : 54365)

11. Kecamatan Karangsambung
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Karangsambung :
- Kelurahan/Desa Banioro (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Kaligending (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Kalisana (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Karangsambung (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Kedungwaru (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Langse (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Pencil (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Plumbon (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Pujotirto (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Seling (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Tlepok (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Totogan (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Wadasmalang (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Widoro (Kodepos : 54353)

12. Kecamatan Kebumen
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Kebumen :
- Kelurahan/Desa Kebumen (Kodepos : 54311)
- Kelurahan/Desa Panjer (Kodepos : 54312)
- Kelurahan/Desa Tamanwinangun (Kodepos : 54313)
- Kelurahan/Desa Selang (Kodepos : 54314)
- Kelurahan/Desa Kembaran (Kodepos : 54315)
- Kelurahan/Desa Bumirejo (Kodepos : 54316)
- Kelurahan/Desa Adikarso (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Argopeni (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Bandung (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Candimulyo (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Candiwulan (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Depokrejo (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Gemeksekti (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Gesikan (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Jatisari (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Jemur (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Kalibagor (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Kalijirek (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Kalirejo (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Karangsari (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Kawedusan (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Kutosari (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Mengkowo (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Muktirejo (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Muktisari (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Roworejo (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Sumberadi (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Tanahsari (Kodepos : 54317)
- Kelurahan/Desa Wonosari (Kodepos : 54317)

13. Kecamatan Klirong
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Klirong :
- Kelurahan/Desa Bendogarap (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Bumiharjo (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Dorowati (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Gadungrejo (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Gebangsari (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Jatimalang (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Jerukagung (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Jogosimo (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Kaliwungu (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Karangglonggong (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Kebadongan (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Kedungsari (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Kedungwinangun (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Klegenrejo (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Klegenwonosari (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Klirong (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Pandanlor (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Podoluhur (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Ranterejo (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Sitirejo (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Tambakagung (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Tambakprogaten (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Tanggulangin (Kodepos : 54381)
- Kelurahan/Desa Wotbuwono (Kodepos : 54381)

14. Kecamatan Kutowinangun
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Kutowinangun :
- Kelurahan/Desa Babadsari (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Jlegiwinangun (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Kaliputih (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Karangsari (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Korowelang (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Kutowinangun (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Kuwarisan (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Lumbu (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Lundong (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Mekarsari (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Mrinen (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Pejagatan (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Pekunden (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Pesalakan (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Tanjungmeru (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Tanjungsari (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Tanjungseto (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Triwarno (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Ungaran (Kodepos : 54393)

15. Kecamatan Kuwarasan
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Kuwarasan :
- Kelurahan/Desa Banjareja (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Bendungan (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Gandusari (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Gumawang (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Gunungmujil (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Harjodowo (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Jatimulya (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Kalipurwo (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Kamulyan (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Kuwarasan (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Kuwaru (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Lemahduwur (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Madureso (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Mangli (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Ori (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Pondokgebangsari (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Purwodadi (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Sawangan (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Serut (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Sidomukti (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Tambaksari (Kodepos : 54366)
- Kelurahan/Desa Wonoyoso (Kodepos : 54366)

16. Kecamatan Mirit
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Mirit :
- Kelurahan/Desa Karanggede (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Kertodeso (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Krubungan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Lembupurwo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Mangunranan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Mirit (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Miritpetikusan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Ngabeyan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Patukgawemulyo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Patukrejomulyo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Pekutan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Rowo (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Sarwogadung (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Selotumpeng (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Singoyudan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Sitibentar (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Tlogodepok (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Tlogopragoto (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Wergonayan (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Winong (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Wirogaten (Kodepos : 54395)
- Kelurahan/Desa Wiromartan (Kodepos : 54395)

17. Kecamatan Padureso
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Padureso :
- Kelurahan/Desa Balingasal (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Kaligubuk (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Kalijering (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Merden (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Padureso (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Pejengkolan (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Rahayu (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Sendangdalem (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Sidototo (Kodepos : 54394)

18. Kecamatan Pejagoan
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Pejagoan :
- Kelurahan/Desa Aditirto (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Jemur (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Karangpoh (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Kebagoran (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Kebulusan (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Kedawung (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Kuwayuhan (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Logede (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Pejagoan (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Pengaringan (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Peniron (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Prigi (Kodepos : 54361)
- Kelurahan/Desa Watulawang (Kodepos : 54361)

19. Kecamatan Petanahan
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Petanahan :
- Kelurahan/Desa Ampelsari (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Banjarwinangun (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Grogolbeningsari (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Grogolpenatus (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Grujugan (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Jagamertan (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Jatimulyo (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Karangduwur (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Karanggadung (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Karangrejo (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Kebonsari (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Kritig (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Kuwangunan (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Munggu (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Nampudadi (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Petanahan (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Podourip (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Sidomulyo (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Tanjungsari (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Tegalretno (Kodepos : 54382)
- Kelurahan/Desa Tresnorejo (Kodepos : 54382)

20. Kecamatan Poncowarno
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Poncowarno :
- Kelurahan/Desa Blater (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Jatipurus (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Jembangan (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Karangtengah (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Kebapangan (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Kedungdowo (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Lerepkebumen (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Poncowarno (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Soka (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Tegalrejo (Kodepos : 54393)
- Kelurahan/Desa Tirtomoyo (Kodepos : 54393)

21. Kecamatan Puring
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Puring :
- Kelurahan/Desa Arjowinangun (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Banjarejo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Bumirejo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Kaleng (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Kedalemankulon (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Kedalemanwetan (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Krandegan (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Madurejo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Pasuruhan (Pasuruan) (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Puliharjo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Purwoharjo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Purwosari (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Sidobunder (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Sidodadi (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Sidoharjo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Sitiadi (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Srusuhjurutengah (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Surorejan (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Tambakmulyo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Tukinggedong (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Waluyorejo (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Wetonkulon (Kodepos : 54383)
- Kelurahan/Desa Wetonwetan (Kodepos : 54383)

22. Kecamatan Rowokele
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Rowokele :
- Kelurahan/Desa Bumiagung (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Giyanti (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Jatiluhur (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Kalisari (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Kretek (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Pringtutul (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Redisari (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Rowokele (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Sukomulyo (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Wagirpandan (Kodepos : 54472)
- Kelurahan/Desa Wonoharjo (Kodepos : 54472)

23. Kecamatan Sadang
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Sadang :
- Kelurahan/Desa Cangkring (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Kedunggong (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Pucangan (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Sadangkulon (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Sadangwetan (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Seboro (Kodepos : 54353)
- Kelurahan/Desa Wonosari (Kodepos : 54353)

24. Kecamatan Sempor
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Sempor :
- Kelurahan/Desa Bejiruyung (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Bonosari (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Donorojo (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Jatinegoro (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Kalibeji (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Kedungjati (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Kedungwringin (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Kenteng (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Pekuncen (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Sampang (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Selokerto (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Semali (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Sempor (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Sidoharum (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Somagede (Kodepos : 54421)
- Kelurahan/Desa Tunjungseto (Kodepos : 54421)

25. Kecamatan Sruweng
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Sruweng :
- Kelurahan/Desa Condongcampur (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Donosari (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Giwangretno (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Jabres (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Karanggedang (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Karangjambu (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Karangpule (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Karangsari (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Kejawang (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Klepusanggar (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Menganti (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Pakuran (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Pandansari (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Pengempon (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Penusupan (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Purwodeso (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Sidoagung (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Sidoharjo (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Sruweng (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Tanggeran (Kodepos : 54362)
- Kelurahan/Desa Trikarso (Kodepos : 54362)

26. Kecamatan Prembun
 Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Prembun :
- Kelurahan/Desa Bagung (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Kabekelan (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Kabuaran (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Kedungbulus (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Kedungwaru (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Mulyosri (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Pecarikan (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Pesuningan (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Prembun (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Sembirkadipaten (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Sidogede (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Tersobo (Kodepos : 54394)
- Kelurahan/Desa Tunggalroso (Kodepos : 54394)