Selamat Datang

WISATA RELIGI KABUPATEN KEBUMEN

Wisata Religi di Kebumen



"Z I A R A H"


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian
(HR. Muslim no.108, 2/671)

Keutamaan Ziarah kubur :

  • Haram hukumnya memintakan ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan kafir (Nailul Authar [219], Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi [3/402]). Sebagaimana juga firman Allah Ta’ala:
     مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى
    Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya)” (QS. At Taubah: 113)
  • Berziarah kubur ke makam orang kafir hukumnya boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402). Berziarah kubur ke makam orang kafir ini sekedar untuk perenungan diri, mengingat mati dan mengingat akhirat. Bukan untuk mendoakan atau memintakan ampunan bagi shahibul qubur. (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 187)
  • Jika berziarah kepada orang kafir yang sudah mati hukumnya boleh, maka berkunjung menemui orang kafir (yang masih hidup) hukumnya juga boleh (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402).
  • Hadits ini adalah dalil tegas bahwa ibunda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mati dalam keadaan kafir dan kekal di neraka (Syarh Musnad Abi Hanifah, 334)
  • Tujuan berziarah kubur adalah untuk menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402)
  • An Nawawi, Al ‘Abdari, Al Haazimi berkata: “Para ulama bersepakat bahwa ziarah kubur itu boleh bagi laki-laki” (Fathul Baari, 4/325). Bahkan Ibnu Hazm berpendapat wajib hukumnya minimal sekali seumur hidup. Sedangkan bagi wanita diperselisihkan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat hukumnya boleh selama terhindar dari fitnah, sebagian ulama menyatakan hukumnya haram mengingat hadits ,
    لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور
    Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur” (HR. At Tirmidzi no.1056, komentar At Tirmidzi: “Hadits ini hasan shahih”)
    Dan sebagian ulama berpendapat hukumnya makruh (Fathul Baari, 4/325). Yang rajih insya Allah, hukumnya boleh bagi laki-laki maupun wanita karena tujuan berziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan mengingat akhirat, sedangkan ini dibutuhkan oleh laki-laki maupun perempuan (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 180).
  • Ziarah kubur mengingatkan kita akan akhirat. Sebagaimana riwayat lain dari hadits ini:
    زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة
    Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah no.1569)
  • Ziarah kubur dapat melembutkan hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:
    كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
    Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
  • Ziarah kubur dapat membuat hati tidak terpaut kepada dunia dan zuhud terhadap gemerlap dunia. Dalam riwayat lain hadits ini disebutkan:
    كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة
    Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR. Al Haakim no.1387, didhaifkan Al Albani dalam Dha’if Al Jaami’, 4279)
  • Al Munawi berkata: “Tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain berziarah kubur. Dengan berziarah kubur, lalu mengingat kematian, akan menghalangi seseorang dari maksiat, melembutkan hatinya yang kelam, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat musibah yang kita alami terasa ringan. Ziarah kubur itu sangat dahsyat pengaruhnya untuk mencegah hitamnya hati dan mengubur sebab-sebab datangnya dosa. Tidak ada amalan yang sedahsyat ini pengaruhnya” (Faidhul Qaadir, 88/4)
  • Disyariatkannya ziarah kubur ini dapat mendatangkan manfaat bagi yang berziarah maupun bagi shahibul quburyang diziarahi (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 188). Bagi yang berziarah sudah kami sebutkan di atas. Adapun bagi shahibul qubur yang diziarahi (jika muslim), manfaatnya berupa disebutkan salam untuknya, serta doa dan permohonan ampunan baginya dari peziarah. Sebagaimana hadits:
    كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم للاحقون
    Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian” (HR. Muslim no.974)
  • Ziarah kubur yang syar’i dan sesuai sunnah adalah ziarah kubur yang diniatkan sebagaimana hadits di atas, yaitu menasehati diri dan mengingatkan diri sendiri akan kematian. Adapun yang banyak dilakukan orang, berziarah-kubur dalam rangka mencari barokah, berdoa kepada shahibul qubur adalah ziarah kubur yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melarang qaulul hujr ketika berziarah kubur sebagaimana hadits yang sudah disebutkan. Dalam riwayat lain disebutkan:
    ولا تقولوا ما يسخط الرب
    Dan janganlah mengatakan perkataan yang membuat Allah murka” (HR. Ahmad 3/38,63,66, Al Haakim, 374-375)
    Termasuk dalam perbuatan ini yaitu berdoa dan memohon kepada shahibul qubur, ber-istighatsah kepadanya, memujinya sebagai orang yang pasti suci, memastikan bahwa ia mendapat rahmat, memastikan bahwa ia masuk surga, (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 178-179)
Tidak benar persangkaan sebagian orang bahwa ahlussunnah atau salafiyyin melarang ummat untuk berziarah kubur. Bahkan ahlussunnah mengakui disyariatkannya ziarah kubur berdasarkan banyak dalil-dalil shahih dan menetapkan keutamaannya. Yang terlarang adalah ziarah kubur yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallamyang menjerumuskan kepada perkara bid’ah dan terkarang mencapai tingkat syirik.                                                                                                                                                                                            


Makam Tokoh Spiritual Kebumen 

Salah satu tradisi umat Muslim adalah ziarah ke makam leluhur, salah satunya ke makam tokoh spiritual. Tradisi tersebut masih cukup kental di Kebumen karena mereka meyakini, dengan mendoakan para leluhur adalah sebagai salah satu bentuk Birrul Walidain atau berbakti kepada orang tua yang telah wafat.

Salah satu makam yang kerap dikunjungi oleh masyarakat Kebumen adalah makam Kiai Sabaruddin di Desa Sendangdalem Kecamatan Padureso Kebumen. Kiai Sabaruddin dipercaya sebagai tokoh penyebar agama Islam di wilayah tersebut, jelang bulan puasa, biasanya makam tersebut dipenuhi dengan para peziarah untuk mengirimkan doa.

Makam Kiai Sabaruddin yang jaraknya sekitar dua kilometer dari Waduk Wadaslintang tersebut, setiap tahunnya rutin diadakan pengajian yang dihadiri ratusan warga setempat dan para peziarah dari luar kebumen seperti Purworejo, Banyumas, dan Cilacap.

Selain ke makam Kiai Sabaruddin, makam lain yang cukup banyak juga dikunjungi adalah makam Syaikh Anom Sidakarsa di Dusun Wadas Desa Grogolbeningsari, Petanahan. Syaikh Anom Sidakarsa diyakini sebagai tokoh spiritual keturunan Raden Fatah.

Tidak berhenti di makam Syaikh Anom saja, Kebumen juga masih memiliki makam leluhur tokoh spiritual lainnya, yaitu makam Syaikh Abdul Awal yang terletak di Desa Kebonsari, Petanahan. Sekitar 200 meter dari area pemakaman terdapat sumur yang diyakini peninggalan tokoh yang dipopulerkan KH Abdul Chamid Usman dari Kajoran.

Makam-makam tersebut sebagai salah satu potensi wisata religi yang dimiliki Kebumen, juga memiliki keuntungan tersendiri bagi warga sekitar yang bisa menjajakan dagangan atau jasa di sekitar makam saat musim ramai ziarah.

Wisata Religi : Masjid Banyumudal 

Masjid Banyumudal adalah masjid pertama yang didirikan di Kabupaten Kebumen oleh seorang Aulia yang bernama Syech Ibrohim Asmara kandi yang hidup pada masa Raja Cempa sekitar pertengahan abad 15 Masehi (Daerah Demak-Jepara) dan mengajak Raja Cempa pada untuk memeluk agama Islam.

Syech Ibrahim Asmara Kandi adalah pensyiar Islam di tanah Jawa. Beliau adalah seorang ulama besar yang berasal dari daerah Asia Timur. Dalam melaksnakan syiarnya Syech Ibrahim Asmara Kandi selalu ditemani oleh binatang piaraannya yaitu seekor kuda yang digunakan sebagai alat trasportasi dan juga hewan piaraan seekor harimau.

Sebagai bukti bahwa beliau telah melakukan perjalanannya menyebarkan agama Islam, dapat di buktikan dengan ditemukannya benda-benda pusaka purbakala yang sampai saat iniu masih dijaga kelestariannya.

Benda-benda Peninggalan Syech Ibrahim Asmara Kandi, yaitu :
• Mustaka Masjid yang terbuat dari terakota yang dibuat bersamaan waktunya dengan Masjid Agung Demak.
• Rantai Kuda yang terbuat dari Logam /Kuningan 2 pasang.
• Beruk dari Tempurung 1 buah.
• Uang Cina /Tiongkok Kuno sebanyak 50 keping.
• Barang pecah belah ( piring dan mangkok).
• Kuku Harimau 10 cm 1 buah
• Potongan batok kelapa berlobang 2 dan bertali dengan lambang wajah harimau 1 buah.
• Bungkus putih tertutup dan bertuliskan huruf jawa.
• Keris berbagai ukuran sebanyak 17 buah dan salah satunya ada yang berlapiskan emas.
• Tombak sejumlah 5 buah.
• Pedang panjang 2 buah.
• Kudi Cenggareng 2 buah.

Sebagai rasa hormat kepada Tokoh Ulama besar secara rutin setiap bulan Syuran/Muharam tepatnya jatuh pada Jum'at Kliwon atau apabila tidak ada hari jum'at Kliwon akan tetap dilaksanakan pada bulan itu, pada hari Jum'at Pon dilakukan Ingkungan Syuran bertempat di Masjid Banyumudal Kuwarisan Panjer Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen berupa membuat tumpeng beserta lauk-pauknya yang nantinya di bagikan kepada masyarakat yang menghadiri acara tersebut.



MAKAM PARA SESEPUH/LELUHUR KEBUMEN


Kebmen banyak makan sejarah yang belum di ketahui oleh para pejabat maupun masyarakat pada umnya seperti yang terdapat makam-makam para adipati dan senopati agung dari kerajaan mataram belum diketahui khalayak umum.

Di Desa Klapasawit Dukuh Joho RT 03/02, Buluspesantren, kebumen. Nama-nama yang tercantum adalah :

1. Mbah Patra leksana/R. Mas Ngabei Surantika/mbah Soleh/R Joko Purna
2. Wangsa Dipa/Kyai Sawunggalih/Syeh Abdurrahman
3. Mbah Soka Pura/ Kyai Patah/Kyai Selo/Kyai Soka Leksana/Raden Jaka UMBARAN
4. Mbah Singayuda/Kyai Mataram/R. Sancang Yuda/ R. Setro Jenar
5. Mbah Suliwarni/R. Mas Kalinyamat/ R. Soka Nata

6. Banjarsari, Kec. Ambal  juga terdapat makam keramat Mbah Agung ( Kagungan ).

Desa Sidomukti Ambal (Dukuh Daratan) :

Syeh Abdul Qodir An-Daratany,  
Syeh Bledug Jagung
Mbah Kyai Sodri,
Eyang Doro Bei, Kradenan Ambal


Di wilayah Kebumen Barat :

1. Panembahan Agung Kajoran, Kajoran, Karanggayam
2. Panembahan Eyang Sepuh Purnomo Sidik, Candi, Karanganyar
3. Syech Baribin Gunung Grenggeng, Karanganyar
4. Panembahan Eyang Tumenggung Singa Taruna dan Eyang Jayarudin, Tresnorejo, Petanahan
5. Panembahan Eyang Tumenggung Singa Ndanu, Puring
6. Panembahan Eyang Tumenggung Carangnolo, Puring
7. Panembahan Eyang Tumenggung Wono Salam, Sekarteja, Adimulyo
8. Panembahan Eyang Dipawetjana, Sidomulyo, Adimulyo
9. Panembahan Eyang Sepuh Joko Puring, Puring
10. Syaikh Abbas, Dorowati, Klirong
11. Syaikh Pandan Arum, Karangreja, Petanahan
12. Panembahan Kalang Kadirja, Braja, Karangduwur, Petanahan
13. Panembahan Eyang Singa Karya Pohkumbang, Karanganyar
14. Pambahan Eyang Singa Dimeja Kajoran Karanggayam
15. R. Jojo Murtani Gunung Tumpeng (???) Karanggayam


Daerah Kebumen kota : 

1. Syech Bagus ‘Ali (Panggel, Panjer, Kebumen)
2. Syech Sirnoboyo (Kuwarisan, Panjer, Kebumen)
3. Syech Gesing (Gesing, Adikarso,Kebumen)

4. Panembahan Eyang Singa Patra (Kebumen, Kebumen)

Daerah Bulupitu :

Di Desa Tunjungseto Kutowinangun bukanlah makam, tapi petilasan, tempat bertapa Joko Sangkrib. Konon setelah semedi 72 hari, ia diberi senjata cemeti oleh Dewi Nawangwulan, bekal untuk mengabdi ke Kraton Mataram. Putra Demang Kutowinangun itu menjadi sakti dan karena prestasinya ia diberi jabatan menjadi Adipati Kebumen sebagai Arungbinang 1. Makanya ada yang mengisahkan, Dewi Nawangwulan itu “kekasih gelap” Joko Sangkrib menurut lakon-lakon di ketoprak.


PANEMBAHAN MBAH KEPADANGAN 
(Eyang Untung Surapati? )



Makam Mbah Kepadangan berada di Dukuh Depok di bagian paling atas. Luas makam sekitar 350 meter persegi. Sedangkan Sendang Beji yang bisa digunakan untuk menyembuhkan orang gila terletak di bagian bawah. Mbah Kepadangan juga mempunyai beberapa senjata pusaka seperti keris dapur jalak yang diberi nama Kyai Wulung, patrem dengan dapur lontop yang diberi nama Kyai Lontop, keris dapur kebo lajer yang disebut Kyai Banjor, tumbak dapur carang glagah yang disebut Kyai Blabar, umbul-umbul dan bende pengalab-alab. Sebagaimana umumnya benda pusaka, pada bulan Sura benda-benda pusaka tersebut juga dijamasi.

Di lingkungan Makam Kepadangan juga terdapat makam Panembahan Adisana, anak sulung Mbah Kepadangan dengan istri peri dari Segarawindu. Masih menurut cerita Soegito T, suatu ketika di pintu cungkup leluhur Clapar itu, tahu-tahu ada papan bertuliskan huruf Jawa. Bunyinya Untung Surapati. 

Mungkinkah ada hubungan antara Mbah Kepadangan dengan Untung Surapati?
Ada sumber yang menyebutkan ketika terjadi perang antara pasukan Untung Surapati dengan Kompeni Belanda pada Oktober 1706 di Pasuruhan, Jawa Timur, yang gugur bukan Untung Surapati, melainkan Patih Wirapati yang memang bak pinang dibelah dua dengan Untung Surapati.

Sedang Untung Surapati sendiri berhasil lolos dari kepungan Komandan Knol. Ke mana larinya, mungkinkan ke Clapar? Menurut cerita, Mbah Kepadangan membuka daerah Clapar pada tahun 1701 Masehi. Ada selisih 5 tahun dengan terjadinya perang di Pasuruhan. Tapi setelah perang di Pasuruhan itu, Kumpeni Belanda tidak bisa menemukan makam Untung Surapati. Apakah Untung Surapati menyamar sebagai Mbah Kepadangan dan kemudian menetap di Clapar? Menurut cerita, pusaka-pusaka Mbah Kepadangan sudah banyak ‘meminum’ darahnya Belanda.

Sumber : http://www.indospiritual.com


 - KARANGGAYAM



Petilasan merupakan istilah bahasa Jawa (dari kata dasar "tilas" atau bekas) yang merujuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorang (yang penting). Tempat yang dianggap layak disebut disebut sebagai petilasan biasanya adalah tempat tinggal, tempat peristirahatan (dalam pengembaraan) yang relatif lama, tempat pertapaan, tempat terjadinya peristiwa penting, atau tempay yang terkait denganlegenda atau tempat moksa. Sedangkan dalam bahasa Arab, petilasan disebut juga sebagai maqam (berarti "kedudukan" atau "tempat"), namun istilah 'makam' dalam bahasa Indonesia tidak sama dengan istilah 'maqam' dalam bahasa arab.1
Istilah Syekh (atau dapat ditulis ShaikhSheikShaykhSheikh, atau dalam Bahasa Arab: شيخ) berasal dari bahsa ArabBahasa Arab yang artinya merujuk kepala suku, pemimpin, tetua, atau ahli agama Islam.  Penggunaan gelar Syekh di Indonesia biasanya digunakan oleh para muballigh keturunan Arab atau para ulama besar dan ahli agama Islam, baik yang menyebarkan ajaran berdasarkan faham Ahlus Sunnah wal Jama'ah maupun yang menyebarkan faham yang bersifattasawuf.2
Mbah Syekh Maulana Maghribi adalah seorang pemeluk agama islam dari jazirah arab (Maroko) yang merupakan salah satu tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Sebelum tiba di Demak, beliau mengunjungi tanah pasai (sumatera). periwayatan lain mengatakan bahwa beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW dan dianggap sebagai golongan Waliyullah di tanah Jawa. Beliau tiba di tanah jawa bersamaan dengn berdirinya kerajaan demak atau setelah runtuhnya kerajaan majapahit yang merupakan tonggak terakhir kerajaan Hindu di jawa.3

Kedatangan mbah syekh Maulana Maghribi di Banyumas

Sejarah Desa Somage menyebutkan bahwa kedatangan Mbah Syekh maulana Maghribi bermula dari perjalannanya dalam menyebarkan agama islam di tanah Jawa. Suatu ketika, saat mbah syekh maulana maghribi  melakukan ibadah sholat subuh, tampak cahaya terang misterius di sebelah timur menjulang tinggi di angkasa. Timbul keinginan untuk mengetahui tempat darimana cahaya misterius itu datang dan makna dari cahaya tersebut. Kemudian seorang sahabatnya yang bernama Haji Datuk diminta untuk mengumpulkan para hulubalang dan menyiapkan armada untuk melakukan pelayaran dengan tujuan mengikuti arah datangnya cahaya. Disebutkan bahwa pelayaran berlangsung selama 40 hari, diikuti oleh sahabat dan 298 pengikutnya.3
Pelayaran akhirnya melabuhkan kapal tersebut di ujung timur sebuah pulau (pulau jawa) di pantai gresik. Namun berlabuhnya pelayaran ini belum memberikan jawaban atas apa yang dimaksudkan oleh mbah syekh maulana tersebut. Namun suatu ketika, cahaya misterius nampak kembali di sebelah barat, pelayaran pun akhirnya dilanjutkan dan berlabuh sementara di pantai pemalang, para hulubalang kemudian diperintahkan untuk kembali ke negerinya, dan tinggallah mbah syekh maulana bersama dengan haji datuk bermukim di tempat itu. Selanjutnya mereka menyebarkan agama islam dari Pemalang berjalan ke arah Selatan (mengikuti cahaya misterius yang Nampak di Timur laut). Dalam perjalanannya menyiarkan agama islam, beliau singgah di banyumas, dibawah pohon mbulu (hampir sama dengan pohon beringin) yang berukuran besar.3


Mitos masyarakat Somagede terhadap petilasan Mbah Syekh Maulana Maghribi.


Sepintas petilasan tersebut tampak seperti sebuah makam, namun sebenarnya dua buah batu paesan pada awalnya menghadap ke barat, kemudian adanya kesalahan dalam pemahaman mengenai petilasan tersebut sebagai makam, batu paesan kemudian dihadapkan kearah utara seperti makam pada umumnya. Mitos yang diyakini oleh masyarakat Desa Somagede adalah “jika seseorang berhasil menggapai kedua ujung paesan (nisan) tersebut dengan merentangkan kedua tangan maka hajat dan keinginannya bisa dikabulkan”.3
Setiap tahun di malam 1 sura warga rutin mengadakan syukuran berupa pemotongan kambing jantan dan makan bersama yang sering disebut sebagai suraan. Petilasan tersebut sering dikunjungi oleh masyarakat sekitar Desa Somagede atau bahkan dari luar Jawa. Selain malam sura, biasanya doa-doa juga digelar pada malam jum’at kliwon dan malam-malam tertentu. Apapun bentuk doa-doa yang dikemas terkait dengan petilasan ini tidak lain dimaksudkan untuk berdoa kepada sang Khalik sekaligus mendoakan mbah Syekh Maulana maghribi.3

Sumber :

3.      Pemerintah Desa Somagede. 2012. Sejarah Desa Somagede. Somagede: Pemerintah Desa Somagede





Panembahan Eyang Kajoran 
                                         



Pagi yang cerah di ufuk timur di sebuah desa kecil, Desa Kajoran. Sebuah desa terpencil di Kabupaten Kebumen,tepatnya Kec. Karanggayam ke arah timur,itulah tujuanku untuk berziarah ke Makam Pangeran Panembahan Kajoran. Perjalanan menggunakan mobil dari kota Karanganyar memakan waktu 1 jam perjalanan.
      
Sesampai di Desa Kajoran,saya menemui sang juru kunci makam,yang rumahnya tak jauh dari makam Pangeran. Dari beliaulah saya tahu sejarah dan siapa sebenarnya beliau.Daerah ini memang masih tergolong sejuk di tengah kesibukanku di ibukota Jakarta ,disini jiwaku sedikit nyaman.Disisi kanan gunung Butak menjulang,sebenarnya bukan gunung,hanya sebuah perbukitan,tapi warga sekitar menyebutnya gunung,gunung Butak.. Istirahat di pinggiran jalan memang mengundang inspirasi sekedar pelepas penat yang ada serta menimbulkan ide-ide kreatifitas apalagi ramahnya para penduduk sekitar membuatku seakan telah mengenal lama dan sulit di dapatkan di daerah perkotaan ini.

Menilik sejarahnya,konon Beliau adalah bagian dari Laskar Diponegoro yg karena kekalahan laskar P. Diponegoro,maka seluruh laskar melarikan diri. Ada yg ke timur,utara,barat. Menurut sang juru kunci,beliau menetap di desa Kajoran Kec.Karanggayam Kebumen sampai akhir hayatnya. Beliau dimakamkan di Utara balai desa Kajoran.

Yang masih menjadi misteri,karena di daerah lainpun ada makam Pangeran Kajoran,seperti di Klaten,
dengan nama mirip. Apakah makam Pangeran Kajoran yang asli di Klaten atau di Kebumen,itu masih misteri.


Tetapi,dengan berziarah ke makam beliau,hanya memanjatkan do'a semoga amal beliau sebagai pejuang laskar diponegoro mendapat pahala disisi Allah SWT. Amiin.

Sumber : dari berbagai sumber

  SYEH BARIBIN

(Mayat Berbau Harum Di Gunung grenggeng)


Gunung Grenggeng terletak di Dusun Setonokunci Grenggeng, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Jawah Tengah. Untuk menemukan tidak terlalu sulit, yaitu 3 kilo kearah barat dari Kota Karanganyar, tepatnya di pasar Kemit dari sini Anda berjalan ke arah Utara kurang lebih 2 kilo maka sampailah di Gununug Grenggeng.
Di situ ada beberapa makam yang salah satunya adalah Eyang Syeh Baribin. Eyang Syeh Baribin ini adalah anak dari Brawijaya IV. Konon dahulu semasa hidupnya Eyang Syeh ini termasuk orang sakti dan selalu menolong orang kesusahan, membela kebenaran dan menentang kejahatan. Dia wafat mayatnya menimbulkan bau yang sangat harum, mayat Eyang Syeh Baribin menjadi rebutan orang banyak.

Pada saat mayat tersebut akan dicuri oleh sekelompok orang tiba- tiba terdengar suara gaib yang mengumandang yang dalam jawa “gumrenggeng” sehingga masyarakat dapat mengetahui pencurian tersebut dan berhasil digagalkan, maka untuk mengenang peristiwa ini daerah tersebut dinamakan Gunung Grenggeng. Warga Grenggeng biasa menyebut nama Eyang Syeh Baribin sebutan Mbah Grenggeng, dan sampai saat ini dipercaya warga Grenggeng membawa berkah dan juga melindungi Grenggeng dari musibah.

Konon menurut penuturan Juru Kunci makan Gunung yaitu Bapak Ramelan yang beralamatkan di Setono Kunci, Grengggeng, Karanganyar, Kebumen, bahwa Syeh mempunyai dua peliharaan yaitu burung perkutut dan burung dara Burung dara ini sangat ditakuti oleh warga desa terutama bila burung tersebut terbang pada saat sore hari Karena hal ini adalah merupakan suatu peringatan dari Eyang Baribin atau Mbah Grenggeng bahwa akan datang suatu yang menimpa Desa Grenggeng, supaya masyarakat Grenggeng berlaku lebih hati-hati dan selalu berdoa kepada SWT.

Sampai saat ini masih banyak orang yang berkunjung ke Eyang Syeh Baribin, baik itu dari masyarakat Grenggeng maupun dari luar Kota Kebumen. Kebanyakan dari mereka ngalap berkah supaya dimudahkan dalam rezeki, kedudukan jabatannya cepat naik, dan sebagainya. Tidak sedikit pula para pengunjung yang memang sengaja untuk mencari peliharaan Eyang Syeh Baribin. Yang konon kabarnya barang bisa bertemu dan apalagi bisa membawa pulang burung tersebut maka segala keinginannya di dunia akan terpenuhi Sampai saat ini memang ada beberapa orang pengunjung pernah bertemu dengan burung perkutut peliharaan Eyang Baribin dan terbukti mereka telah berhasil dalam hidupnya. Tetapi yang sampai membawa pulang burung tersebut sampai ini belum ada sehingga burung tersebut sampai sekarang ada di Gunung Grenggeng. ( Sumber : Ilmu Warisan Leluhur) 



MAKAM MBAH LANCING

Makam ini terletak didesa mirit,kecamatan mirit,kabupaten kebumen.bagi yang belum pernah kesana mungkin akan sulit mencari letak makamnya,karena makam tersebut tidak terletak ditepi jalan utama. Jika datang dari jalur yogyakarta-cilacap kurang lebih jaraknya 500 M keutara.
Hasil gambar untuk makam mbah lancing mirit kebumen
Tidak heran jika sekarang makan Mbah Kyai Lancing banyak diziarohi orang,karena semasa hidupnya Mbah Lancing memegang peranan penting dalam penyebaran agama islam didaerah pesisir selatan tanah jawa. Bersama Mbah Kyai Marwi beliau merintis adanya desa mirit.
Menurut ahmad kaslan sang juru kunci “Mbah Lancing itu putra dari Mbah Kyai Ketigojo dari Yogyakarta yang masih memiliki pertalian darah dengan Raden Patah (sultan Demak) dan Prabu Brawijaya V  raja Majapahit terakhir”. Nama asli Mbah Lancing adalah Kyai Beji.Setelah melaksanakan ibadah haji beliau bergelar KH.Imam Ghozali,namun beliau lebih dikenal dengan nama Mbah Kyai Lancing.
Ada dua pendapat mengenai asal usul nama lancing tersebut. Pendapat pertama menerangkan,bahwa dulunya beliau senang menolong. Oleh karena itu masyarakat menjulikinya Lantjing yang artinya penolong. Seiring dengan ejaan,Lantjing berubah menjadi Lancing. Pendapat kedua mengatakan,semasa hidupnya beliau senang mengnakan kain batik untuk lancingan(bebedan). Kemana-mana selalu mengenakan lancing. Maka terkenallah Mbah Beji dengan sebutan Mbah Lancing. Wallohu A’lam.
Banyak keistimewaan yang dimiliki Mbah Lancing,salah satunya adalah sering melaksanakan sholat jum’at di Mekkah dengan perjalanan Jawa-Mekkah hanya sekejap mata. Subhanalloh. Keistimewaannya pun masih tampak meskipun beliau sudah meninggal. Suatu ketika ada seorang jama’ah haji Indonesia yang mengalami kesusahan, disaat keadaan genting tiba-tiba seseorang menolongnya,orang tersebut mengaku bernama Lancing dari mirit. Setelah sampai ditanah air,jama’ah haji tersebut ingin mengucapkan terima kasih. Dia datang kemirit dan mencari alamat Mbah Lancing.namun hanya makam yang ia dapatkan.
Disekitar makam banyak hal-hal yang berbau mistis.menurut Eko Wahyudi salah satu santri pndok purworejo yang pernah ziaroh kesana,dimakam tersebut terdapat harimau putih,namun hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melihatnya.
Menurut ahmad kaslan disana banyak terdapat benda-benda pusaka ghoib. Untuk mendapatkannya harus melalui tirakat dengan cara yang telah ditentukan. Dia bercerita “pernah ada santri dari Magelang tirakat disitu dan mendapatkan sebuah tombak dan seperangkat seragam perajurit. Di perkirakan seragam dan tombak tersebut milik Kyai Laning, karena dulu beliau seorang perajurit Demak”.
Untuk melakukan tirakat dimakan Mbah Kyai Lancing tidak mudah. Harus benar-benar dengan niat yang baik. Jika tidak orang itu akan dibuang. Dalam artian tiba-tiba sudah tidak nada dimakam lagi, tetapi telah dipindah ketempat lain.
Pernah ada seseorang yang tirakat dengan niat kurang baik. Sekalipun orang itu muslim,namun jarang menjalankan kewajibannya sebagai umat islam. Dia berziaroh dan menginap dimakam. Ketika bangun dia udah berada dibawah rumpun bambu yang letaknya jauh dari makam. Masyaalloh.
Tidak ada amalan yang khusus untuk berziaroh disana. Peziaroh bebas mengamalkan apa saja dengan caranya masing-masing sesuai dengan kepentingannya sendiri-sendiri. Muchsin contohnya peziarah yang sudah tinggal selama tiga hari. Ia hanya mengamalkan Surat Al-Ikhlas sebanyak-banyaknya minimal 1200 kali sehari. Menurut juru kunci,Mbah Kyai Lancing senang sekali dengan amalan sholawat Luthfi. Namun jarang orang awam yang mengetahuinya.
Dimakam Mbah Kyai Lancing terdapat banyak tumpukan kain batik atau ‘sinjang’. Kain-kain batik tersebut konon berasal dari para peziarah yang telah berhasil mencapai tujuannya. Sebagai tanda terima kasihnya,maka ia menyerahkan kain-kain batik tersebut. Kain-kain batik tersebut bukanlah kain  batik biasa karena menurut aturan tak tertulis tidak boleh dibeli dari pasaran.
Jika ada seseorang yang ingin meletakkan kain batik diatas makam,maka ia harus minta persetujuan dahulu dari juru kunci. Setelah ada persetujua darinya,maka sang juru kunci menyuruh seorang wanita untuk membatiknya terlebih dahulu. Wanita yaang membatik sinjang untuk MbahKyai Lancing bukanlah wanita sembarangan. Wanita itu harus benar-benar dalam keadaan suci dan tidak haid lagi (monophose). Setiap kali hadas maka ia harus berwudhu. Begitulah seterusnya sampai selesai membatik. dalam membatikpun ia harus memperbanyak dzikir dan sholawat.
Syarat-syarat kain batik diatas harus benar-benar dipenuhi. Jika tidak maka kain batik yang diletakkan diatas makam akan hilang. Jika mau sembarangan kain batik, maka tumpukannya sudah tinggi, begitulah yang dipaparkan ahmad kaslan.
Al kisah, pernah ada seorang  yang menyaksikan hilangnya kain batik yang tidak memenuhi syarat juru kunci. Waktu itu ada seorang peziaroh datang dengan membawa sebuah kain batik.dia pilih kain batik dengan harga dan kualitas pilihan untuk diletakkan di makam. Juru kunci sudah melarangnya,karena tidak sesuai dengan syarat yang telah ditentukan. Peziarah tetap ngotot,dia meletakkan kain batik tersebut diatas makam Mbah Kyai Lancing.keesokan harinya datang peziarah lain sendirian,ditengah-tengah kekhusukannya membaca tahlil tiba-tiba ia merasa ada hembusan angin yang kuat dari dalam makam. Hembusan angin itu berputar-putar diatas makam dan menerbangkan kain batik yang baru dipasang tadi malam. Peziarah tersebut melaporkan kejadian tersebut pada juru kunci. Juru kunci tersebut tidak terkejut karena sudah mengira akan terjadi hal demikian.
Kami memandang shodaqoh itu penting,namun untuk hal-hal yang bermanfaat. Sangat bijak kalu umat islam sudah faham betul mana yang seharusnya mereka kerjakan dan mana yang harus mereka tinggalkan sesuai dengan muqtadho halnya. Mudah-mudahan alloh swt memberikan jalan petunjukknya yang lebih baik kepada hamba-hambanya yang ingin mendekat kepadaNya melalui para kekasih-kekasihnya. Amin. Sumber : kebumennews.com

MAKAM LEMAH LANANG KEBUMEN



Makam Syekh Abdul Kahfi

  
Jarak antara Makam Syekh Abdul Kahfi di Lemah Lanang dengan Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu adalah sekitar 1,6 km. Syekh Abdul Kahfi Al Hasani adalah pendiri Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu, dan konon merupakan orang pertama yang dimakamkan di perbukitan Lemah Lanang di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kebumen.
Dari gang keluar Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu kami ke kanan, mentok ke kiri dan setelah 750 m belok kiri. Sekitar 750 meter lagi sudah terlihat gang ke Makam Lemah Lanang di Jl Soko Sangkrip. Gangnya sempit. Kendaraan kecil bisa masuk sejauh 50 meter. Saya pun turun dan masuk ke area makam yang berbukit-bukit di sebelah kiri gang.
Saya mengayun langkah di jalan setapak diantara deret makam sambil mencari tanda-tanda, sampai akhirnya sampai di puncak perbukitan. Bangunan cungkup setinggi 1 meter terlihat agak jauh di sebelah kanan, dan di kiri ada tembok tua dengan gapura paduraksa. Dua kepala melongok dari cungkup Makam Syekh Abdul Kahfi Al Hasani yang saya cari.
Namun saya mampir dulu ke makam di sebelah kiri. Ada dua kubur yang masih bisa dikenali, yaitu makam R. Soemarsono, Wedono Salam yang wafat pada 1934, dan makam R. Ng. Wirjoatmodjo, Patih Pensiun Kebumen yang wafat pada 2 November 1924. Banyaknya sampah dedaunan kering menandai bahwa sudah lama anak keturunannya tidak menziarahinya.

Cungkup Makam Syekh Abdul Kahfi dengan risplang bercat hijau, dilihat dari samping makam Wedono Salam itu. Ada teras kecil di depan cungkup yang dicapai dengan menapaki undakan. Di sebelah kiri belakang cungkup makam Syekh Abdul Kahfi ada lagi cungkup lebih kecil dimana di dalamnya terdapat kubur dengan nisan bertulis Syaikh M Syafi’i.
Tak jelas siapa orang ini, karena nama itu tidak saya temukan di dalam lembar fotokopi yang berisi sejarah Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu. Sesaat setelah sampai di dalam cungkup makam, saya menyalami dua orang pria yang ada di sana itu yang semula saya pikir juru kunci, namun rupanya bukan. Mereka peziarah yang pergi dari makam ke makam.

Dua orang peziarah itu terlihat duduk di dalam cungkup Makam Syekh Abdul Kahfi Al Hasani. Mereka rupanya berasal dari kota yang berbeda dan keduanya dipertemukan karena sama-sama penggemar ziarah ke kubur para wali dan kyai kondang, sambil mencari rizki dengan membacakan doa tertentu bagi peziarah yang berminat untuk membayarnya.
Makam Syekh Abdul Kahfi berada di ujung paling kanan. Tak semua pemimpin Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu keturunan Syekh Abdul Kahfi dimakamkan di sini. Syekh Yusuf Al Hasani, keturunan keempat yang membuka pesantren di Krakit, Gowa, Sulawesi Selatan, diketahui meninggal dan dimakamkan di Somalia saat menyebarkan Islam di sana.
Setelah Syekh Yusuf meninggal, putera sulungnya yang bernama Syekh Hasan Al Hasani juga pergi meninggalkan Somalangu menuju Krakit untuk meneruskan mengurus pesantren ayahnya di Krakit itu dan kemudian tinggal sampai wafat serta dimakamkan di sana. Oleh masyarakat setempat ia juga dikenal sebutan Syekh Hayatul Hukmi.

Pusara Syekh Abdul Kahfi Al Hasani, pendiri Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu, Kebumen. Menurut riwayat, Syekh Abdul Kahfi meninggal dunia pada malam Jumat 15 Sya’ban 1018 H atau 12 November 1609 M dalam usia 185 tahun. Usia yang sangat panjang untuk ukuran orang kebanyakan pada saat ini, bahkan bagi orang jaman dulu sekalipun.
Dalam makalah yang dibuat KH Afifuddin bin Chanif Al Hasani disebutkan bahwa Syekh Abdul Kahfi meninggal pada masa Panembahan Hanyakrawati, ayah Sultan Agung. Karena hubungan dengan Mataram baik, pada makam Syekh Abdul Kahfi sempat ada nisan berukir kereta kencana yang ditarik dua atau empat ekor kuda. Nisan itu kini tak lagi ada di sana.
Syekh Abdul Kahfi dianggap sebagai peletak dasar berkembangnya agama Islam di wilayah Kebumen. Kedatangannya dari Hadramaut, Yaman, mendarat pertama kali di Pantai Karangbolong Kebumen pada 1448 M, dan beberapa hari setelah itu berhasil mengislamkan tiga desa berdekatan, yaitu Desa Candi, Desa Candiwulan, dan Desa Candimulyo.
Pondok Pesantren Al Kahfi selain berpengaruh pada perkembangan kemajuan Islam di Kebumen, pengaruhnya juga menyebar sampai ke daerah lain di Jawa dan luar Jawa, seperti Cirebon, Sampang, Kediri, Blitar, Kudus, Demak, Banyumas, Purworejo, Solo, Yogya, Magelang, Semarang, Cilacap, Gowa, Maluku, dan bahkan sampai ke Pattani dan Somalia.

Makam Syekh Abdul Kahfi Al Hasani Lemah Lanang

Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
GPS: -7.67625, 109.69216
 
MAKAM KI BODRONOLO 

KARANG KEMBANG KEBUMEN

Perjalanan menuju Makam Ki Bodronolo Karangkembang Kebumen terasa cukup jauh. Ini karena pengaturan rute kunjungan yang kurang baik, dan itu disebabkan belum tersedianya informasi koordinat GPS di banyak tempat yang akan saya kunjungi. Itu alasan utama mengapa TAP membuat tulisan semacam Peta Wisata Kebumen untuk memudahkan pejalan.
Makam Ki Bodronolo ini mestinya dikunjungi setelah dari Makam RA Tan Peng Nio Kalapaking yang berjarak 2 km, namun malah saya kunjungi setelah dari Karangsambung yang jaraknya tak kurang dari 8,2 km. Jalan utama dekat area ini juga terlewati saat ke Air Panas Krakal. Mungkin sudah waktunya pemerintah mewajibkan rental mobil memakai peralatan GPS Navigasi.
Meskipun telah bertanya beberapa kali, sesudah memotong Jl Pemandian Barat dan masuk ke Jl Kambangsari di wilayah Desa Karangkembang, tetap saja masih kebablasan arah. Beruntung kami bertemu dengan seorang pria yang kebetulan adalah rukun tetangga wilayah di dekat lokasi makam. Kami berbalik arah dan mengekor di belakang motor bapak itu.
Ki Bodronolo disebut sebagai putra dari Ki Maduseno dengan Dewi Majati, sedangkan Ki Maduseno adalah putra Ratu Pembayun dengan Ki Ageng Mangir, yang konon disembunyikan dan dibesarkan di Karanglo setelah Ki Ageng Mangir dibunuh oleh mertuanya saat menghadap. Ki Bodronolo juga disebut sebagai murid Sunan Geseng dari Gunung Geyong.
makam ki bodronolo kuwarasan kebumen
Di atas tembok pinggir sungai yang kering saat musim kemarau itu saya melangkahkan kaki menuju bendung di ujung sana, belok kiri lewat di atas bendung, dan terus lurus masuk ke area perbukitan. Jalan setapak yang telah di semen setelah bendung itu kondisinya cukup baik, dengan undak-undakan landai menuju ke atas puncak perbukitan.
Untuk mencapai pinggir sungai itu, dari arah Timur mobil belok kanan tepat sebelum jembatan di Jl Kembangsari dengan kali kecil di bawahnya. Belokan itu berada 245 meter setelah perempatan Jl Pemandian Barat, jika dari arah Barat. Kami menyusur pinggir kali hingga mentok dan mobil tidak bisa lagi maju, dilanjutkan dengan berjalan kaki.
makam ki bodronolo kuwarasan kebumen
Penampakan bangunan Cagar Budaya Makam Ki Bodronolo yang berada di puncak perbukitan Gunung Geyong di Desa Karangkembang, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen. Mungkin karena letaknya yang berada di perbukitan membuat perawatan bangunan dan kijing makam ini menjadi agak terbengkalai. Perlu kuncen dengan pengabdian tinggi untuk merawatnya.
Ini membuat saya teringat dengan Makam Kyai Mojo di Minahasa. Meskipun sama-sama berada di puncak perbukitan namun kondisi Makam Ki Bodronolo di Karangkembang ini masih lebih tidak terurus. Belakangan saya bertemu dengan kuncen Makam Ki Bodronolo, yang sepuhnya kira-kira sama dengan kuncen Makam Kyai Mojo saat kunjungan saya di Minahasa itu.
Menurut sebuah versi, ketika Panjer menjadi kabupaten dengan bupati Ki Suwarno asal Mataram, Ki Bodronolo diangkat menjadi Ki Gede di Panjer Lembah bergelar Ki Gede Panjer Roma I. Pengangatan itu diberikan atas jasanya menggagalkan serangan Belanda yang mendarat di Pantai Petanahan untuk menghancurkan lumbung padi Mataram di Panjer.
makam ki bodronolo kuwarasan kebumen
Rohmat di depan cungkup Makam Ki Bodronolo. Ia sebelumnya memandu kami dengan sepeda motornya, dan belakangan menyusul dan menemani naik ke atas perbukitan menuju makam. Selain sebagai Kepala Rukun Tetangga setempat, Rohmat yang asli Karangkembang juga seorang petugas kepolisian yang baru pindah dari Jambi empat tahun silam.
Menurut riwayat, putera Ki Bodronolo yang bernama Ki Kertosuto menjadi Patih Panjer. Putera keduanya, Ki Hastrosuto, menggantikan Ki Bodronolo dan bergelar Ki Gede Panjer Roma II dan sangat berjasa dengan memberi tanah kepada Pangeran Bumidirjo saat beliau menyingkir ke Panjer dari Keraton Plered karena hendak dibunuh Amangkurat I.
Putera ketiga Ki Bodronolo bernama Ki Kertowongso kemudian menjadi Ki Gede Panjer Roma III lantaran kakaknya menyingkir setelah khawatir tersangkut masalah dengan kedatangan Pangeran Bumidirja. Ketika Amangkurat I lari dari Keraton Plered yang diserbu dan diduduki Trunojoyo, justru ia beristirahat di Panjer dan diterima Ki Kertowongso.
Amangkurat I yang dalam keadaan sakit dan lemah meminta air kelapa muda. Namun karena malam hari dan hujan, Ki Kertowongso memberinya air kelapa tua (kelapa aking). Ternyata setelah minum, Amangkurat I langsung merasa segar kembali sehingga Ki Kertowongso diberinya gelar Raden Tumenggung Kalapaking (I) dan menjadi Adipati di Panjer. 

Makam Ki Bodronolo Karangkembang

Desa Karangkembang, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen
Sumber : http://www.thearoengbinangproject.com

Makam Adipati Mangkuprojo Pekuncen Sempor


Layaknya makam orang penting jaman dahulu, Makam Adipati Mangkuprojoberada di sebuah puncak perbukitan cukup tinggi di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Nama Adipati Mangkuprojo erat kaitannya dengan keberadaan Masjid Jami’ Saka Tunggal yang lokasinya berjarak sekitar 300 meter di sebelah selatan kaki bukit.
Dasar undakan menuju puncak bukit itu agak jauh dari tempat permukiman warga, dan tidak ada papan tengara yang memberi petunjuk tentang alamat rumah kuncen. Saya pun meminta tolong Bambang untuk mencari rumah kuncen dan menunggu di kaki bukit. Namun karena lama menunggu, saya pun mengayun kaki menapaki undakan satu persatu.
Pengalaman berkunjung ke sejumlah makam memang memberi pelajaran akan peran pentingnya seorang kuncen. Utamanya untuk membuka gembok pintu dan bercerita menurut versinya mengenai penghuni makam. Adakalanya kuncen membacakan doa, meski bukan itu tujuan saya berkunjung. Saya lebih tertarik pada kisah ketimbang mengalap berkah.
makam adipati mangkuprojo pekuncen
Pemandangan pada awal undakan menuju ke perbukitan dimana Makam Adipati Mangkuprojo berada. Ada beberapa segmen undakan dengan jeda lantai datar pendek sebelum masuk ke undakan menanjak yang berikutnya lagi. Meskipun pepohonan di kiri kanan undakan masih muda sehingga belum rimbun, namun cukup membantu meneduhi jalan.
Sambil mengayun kaki menapaki anak tangga, saya sempat menghitung jumlah undakan yang saya lalui. Ujung atas undakan ini mentok pada lereng beton semen yang cukup tinggi, dan lalu belok ke kiri manaiki sejumlah undakan yang lebih mendatar. Jumlah anak tangga yang ke atas ada 152 buah, dan ada lagi 15 anak tangga yang mengarah ke kiri.
makam adipati mangkuprojo pekuncen
Tebing beton semen cukup tinggi di sebelah kanan itu. Lintasan menanjak cukup landai dengan sejumlah undakan pendek saya tapaki setelah selesai mendaki undakan yang menanjak lurus ke atas dan lalu berbelok ke kiri. Suasana di sekitar tempat ini sungguh sepi, mendatangkan perasaan yang kurang enak karena saya berada di sana sendirian.
Namun karena kepalang tanggung sudah berada di atas bukit, saya pun tetap meneruskan langkah memasuki kompleks pemakaman Pekuncen tempat Makam Adipati Mangkuprojo berada. Belum ada tanda-tanda kuncen makam akan segera datang di sana untuk menemani. Hanya suara binatang penggeret yang tak henti berbunyi, pertanda ia aman sentosa.
makam adipati mangkuprojo pekuncen
Serambi Makam Adipati Mangkuprojo dengan atap rendah dan disangga pilar-pilar. Akses ke dalam makam berdaun pintu kembar itu digembok. Pada dinding menempel keramik hitam bertulis warna emas, berbunyi: “Makam Eyang KR Adipati Mangkuprodjo, Pekuncen, Gombong. Pemugaran diresmikan pada tanggal 7 Oktober 1993 oleh Ahliwaris Putrawayah”.
Lewat lubang sempit pada tembok terlihat bahwa ruangan di dalamnya miskin cahaya, sehingga tak bisa mengintip isi cungkup. Situs ini menyebutkan bahwa pada jaman Keraton Kartasura ada pemuda Banyumas yang mengalahkan musuh kerajaan. Ia mendapat hadiah putri Amangkurat Mas II dan anugerah pangkat patih ndalem Keraton Kartasura bergelar Adipati Mangkuprojo.
Sumber lain menyebutkan bahwa Adipati Mangkuprojo adalah Wrongko Dalem Keraton Kartosuro yang gigih melawan penjajah dan pernah bergerilya di daerah Pekuncen. Beliau wafat pada 1719 dan dimakamkan di Pekuncen sesuai wasiatnya. Pada peringatan 1000 hari wafatnya beliau didirikanlah Masjid Saka Tunggal, yang tiangnya dibawa dari Kartasura.
Saya sempat melihat-lihat sejumlah makam lainnya yang berada di sekitar cungkup Makam Adipati Mangkuprojo. Sempat pula melihat beberapa makam yang terlihat sudah sangat tua yang berada di area terbuka di kompleks makam. Namun tak ada tengara nama yang saya kenali. Sayangnya pula Bambang ternyata tak berhasil menemukan rumah kuncen. 

Makam Adipati Mangkuprojo Pekuncen

Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen 

 "JEJAK SANG WALI URUT SEWU SYEKH MUHAMMAD NAJMUDDIN 'ALI MUBIN"
ALIAS MBAH MUBIN AYAM PUTIH - BULUSPESANTREN - KEBUMEN

        Gambar 1. Bangunan Makam Syekh Mubin
Sebuah lokasi pemakaman tua yang seolah-olah sudah mati (baca: sudah tidak lagi dijadikan sebagai pemakaman umum) berjarak sekitar 1,5 kilometer dari jembatan Desa Pandan Lor, Klirong (Jalan Dendeles, Jalur Selatan Kebumen-Yogyakarta) tak disangka terdapat situs Islam yang bersejarah. Tepatnya di Desa Ayam Putih, Buluspesantren, Kebumen. Disana agaknya sudah berdiri tegak sebuah lokasi bangunan yang diberi nama “Makam Waliyulloh Syekh Mubin” yang dibangun tahun 2014. Di dalamnya terdapat sebuah makam yang dikeramatkan oleh warga masyarakat Ayam Putih dan sekitarnya bahkan juga oleh masyarakat luar kota Kebumen, seperti dari Yogyakarta, Solo hingga Jawa Timur.
Adalah Mulyono (43) 08/02/15, seorang peziarah berasal dari Ambalkumolo, Buluspesantren, Kebumen mengaku sering mengunjungi makam Syekh Mubin ini jika ada waktu-waktu senggang, minimal seminggu sekali. “saya sering berziarah ke makam ini kalau waktu sedang senggang, ya minimal seminggu sekali. Kalau situasi dan kondisinya mendukung, bahkan saya melanjutkan berziarah ke makam-makam waliyulloh yang lain seperti ke Syekh Anom Sidakarsa dan Syekh Abdul Awal. Tapi, kalau situasi dan kondisi tidak cocok, saya biasanya menjamaknya disini saja.” Ujar pria yang sering disapa dengan Mul ini. Mul menambahkan bahwa, “tidak ada untungnya kita berziarah jauh-jauh tapi tanpa ada keikhlasan dalam diri dan hati kita. Menjamak di makam ini juga sudah cukup, tapi memang alangkah baiknya jika kita dekat atau berada ditempat makam yang kita tuju. Karena dengan hati yang bersihlah semua akan diberi tahu dan akhirnya dipahamkan oleh Allah, begitu pula makam ini. Dulu makam Mbah Mubin ini seakan-akan tidak ada apa-apanya. Dalam arti tidak mendapat respon yang penuh baik dari penduduk desa sekitar atau pun daerah lainnya. Tapi, karena memang yang namanya wali Allah, dimanapun berada pasti akan ditampakkan oleh-Nya. Makam Mbah Mubin atau Syekh Mubin ini sekarang telah disingkapkan tabir kehidupan oleh Allah SWT sehingga orang-orang pun banyak yang meresponnya dengan baik.” Tutur beliau.[1]
Asal Usul Syekh Mubin
          Syekh Mubin memiliki nama asli Syekh Muhammad Najmuddin ‘Ali Mubin. Ia adalah seorang buyut dari wali sekaligus ulama sejagat raya yang sering dikirim do’a oleh kaum muslimin ketika bertawassul yakni Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Sykeh Mubin biasa di khaul-kan setiap bulan Rawah Minggu pertama (tepatnya tanggal 1 rawah). Namun, karena tanggal 1 rawah tidak pasti harinya bertepatan, maka untuk memudahkannya adalah dengan menetapkan khaul Syekh Mubin setiap Minggu pertama pada bulan Rawah. Kalau pembaca ada waktu, selakanlah untuk mengikuti khaul Syekh Mubin pada tanggal dan waktu tersebut.
          Sebagaimana orang-orang pada umumnya, untuk meyakinkan bahwa beliau (baca: Syekh Mubin) merupakan seorang wali yang mempunyai nasab baik pastinya mempunyai nasab atupun silsilah yang baik pula. Sudah dikatakan diatas, bahwa Syekh Mubin masih keturunan dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Itu berarti secara tidak langsung Syekh Mubin juga keturunan dari Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Sebab Syekh Abdul Qadir Al-Jailani juga seorang masih keturunan Nabi Muhammad SAW.
          Untuk, lebih memudahkan dalam mengetahui nasab dan silsilah Syekh Mubin tersebut, maka lihatlah silsilahnya adalah sebagai berikut:
Syekh Mubin bin Syekh Musa bin Syekh Wahab bin Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
 
 Gambar 2. Makam Syekh Muhammad Najmuddin ‘Ali Mubin (Mbah Mubin)
          Syekh Mubin atau yang masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan Mbah Mubin adalah seorang ulama yang berasal dari India. Ia dikirim oleh sang guru untuk ditugaskan berdakwah (menyebarkan ajaran agama Islam) ke tanah Jawa tepatnya diantara sungai Progo, Kulon Progo dengan sungai Serayu, Cilacap. Sekitar tahun 1646M Syekh Mubin menyebarkan dakwah islamiyahnya di tanah Kebumen ini, khususnya dibagian pesisir pantai selatan Desa Ayam Putih, Buluspesantren.[2]

Gambar 3. Makam dua Nyai Mubin (dua istri Syekh Mubin) yang dari India dan Jawa.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dengan juru kunci sekaligus masih keturunan Syekh Mubin yakni Suswanto Saeful Wahid (43), bahwa Syekh Mubin merupakan guru dari para wali di tanah Jawa termasuk Wali Songo. Sebagaimana para  guru pada umumnya, ia juga mempunyai satu murid yang sangat disayangi yaitu Sultan Hanyokro Kusumo[3]. Mataram pada saat itu merupakan Kerajaan yang pro dengan VOC dan Sultan Hanyokro Kusumo tidak setuju dengan pertalian yang dilakukan pihak Kerajaan dengan VOC (Belanda) tersebut. Karena, jika hal itu terus berlangsung maka secara tersirat rakyat pun akan selalu menderita. Dalam arti untuk mencari pangan dan pakan pun akan susah, sebab perekonomian pribumi diusung habis oleh Belanda. Oleh sebab itu, Sultan Hanyokro Kusumo menentang pertalian ayahandanya yang notabene orang nomor satu di Kerajaan Mataram Islam. Ia lari dari lingkungan Kerajaan kemudian sampailah di sebuah daerah pesisir selatan (Buluspesantren, Kebumen)  hingga bertemu Syekh Mubin sekaligus mengabdi (berguru) kepadanya.



Gambar 4. Tunggak Kayu Laban (tempat semedi Sultan Hanyokro Kusuma, murid kesayangan Syekh Mubin)
          Konon, kayu ini dulu sebagai tempat bertapa salah satu dari sekian banyak murid Syekh Mubin yaitu Sultan Hanyokro Kusumo. Oleh karenanya, kayu ini pun dipercaya memiliki kekuatan yang tidak sembarangan. Menurut Suswanto (43) dan berdasarkan cerita fakta rakyat sekitar makam, kayu ini tidak pasah dipotong. Setiap akan memotongnya, setiap akan menghancurkannya dengan wadung (baca: kampak) ataupun dengan alat pemotong kayu lainnya, kayu ini berpindah tepat dengan sendirinya. Bahkan kampaknya pun akan hilang sendiri dengan sekejap ketika akan me-madung-nya (baca: memotongnya), tak tahu kemana. Kayu laban memang pada dasarnya terkenal sebagai jenis kayu yang keras.
Metodologi Dakwah
          Dari segi dakwahnya, Syekh Mubin terkenal golongan ulama yang santun dan penuh dengan akhlak. Tidak gampang menyalahkan orang lain, adat-istiadat setempat, tidak kaku apalagi menentang budaya baik. Dalam berdakwah Islamiyah, ia dengan cara mengumpulkan masyarakat untuk bekerja bakti, gotong royong disekitar masjid sambil pelan-pelan diceramahi. Masyarakat menyadari betapa santun dan baiknya akhlak Syekh Mubin kepada mereka, hingga satu persatu pada akhirnya mereka mengikrarkan diri untuk menjadi hamba Allah yang Maha Esa yaitu masuk Islam.
          Selain menggunakan cara kerja bakti yang notabene masuk dalam kategori dakwah bil lisan, Syekh Mubin juga menggunakan dakwah bil kitab yaitu dengan menulis kitab tentang akhlak, moralitas, norma-norma agama yang berisi pesan-pesan kepada para umatnya. Jika berisi pesan-pesan untuk umat, boleh jadi di dalamnya tidak hanya berisi mengenai akhlak ataupun moralitas, namun tidak menutup kemungkinan kalau tauhid, syariat (fiqih) dan ilmu-ilmu agama lainnya juga terdapat dalam kitab tersebut.
Sumber : http://kajiankeilmuanislam.blogspot.co.id

                [1] Wawancara dengan Mulyanto (43) pada Sabtu, 07 Februari 2015.
                [2] Wawancara dengan Suswanto Saeful Wahid (43) pada Sabtu, 07 Februari 2015.
                [3] Sultan Hanyokro Kusumo adalah anak pertama dari Amangkurat I (Raja Mataram Islam).





"JEJAK SANG WALI URUT SEWU SYEKH ABDUL BAKI 

                       ALIAS MBAH PANDAN LOR"


Makam Syekh Abdul Baki Alias Mbah Pandan Lor

Pada hari ini Senin Pahing tanggal 11 Juni 2018 bertepatan dengan tanggal 26 Ramadhan 1439 H tanpa sengaja saya melintasi sebuah pemakaman umum di Desa Pandan Lor Kecamatan Klirong dan melihat ada bangunan yang permanen lain daripada bangunan makam di sekelilingnya. Saya penasaran dan masuk ke area pemakaman dan memarkirkan kendaraan di depan bangunan tersebut yang ternya sebuah bangunan yang kelihatan sering dikunjungi terlihat dari lantainya yang kelihatan bersih terawat dan dikeramik.


Kebetulan di dekat makam tersebut ada seorang yang sedang merumput di sekitar makam tersebut, ketika kutanya ternyata penduduk setempat dan asli desa Pandan Lor nama Pak Kasidin usia sekitar 60 tahunan.

Saya pun penasaran dan segera  mendekati dengan memberi salam terlebih dahulu serta memperkenalkan diri, selanjutnya terlibat perbincangan tentang makam tersebut. Akhirnya beliau berceritera tentang awal mula dibangun makam tersebut dan siapa sebenarnya sosok yang ada di makam tersebut.

Awal Mulanya di Bangun Makam Syehk Abu Baki

Awal mulainya adalah ada wangsit yang disampaikan oleh Simbah Kyai Abu Dari pengasuh pondok Jagasima Kebuluhan Kecamatan Klirong yang menyarankan kepada warga setempat untuk dibangun cungkup untuk makam tersebut yang diketahui bernama Syekh Abdul Baki yang merupakan masih saudara dengan Syekh Muhamad Najmudin Ali Mubin alias Syekh Mubin Ayam Putih Kec. Bulus Pesantren. Juga masih kerabat dan memiliki hubungan dengan Syekh Abdul Awal Desa kebon sari dan Syekh Anom Sida Karsa Jaga Mertan Kec. Petanahan. dan juga dengan Syekh di Pawijahan. 

Sosok Kyai Abu Darin dari Jaga  Sima Kebuluhan

Menurut pak Kasidin, bahwa Kyai Abu Darin memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang sembarangan, beliau katanya mampu melihat dan berkomunikasi dengan mahluk halus dan jin. Atas kemampuannya itulah akhirnya memerintahkan masyarakat setempat melalui putra dari pak Kasidin untuk membangun/memugar makam tersebut.

Bangunan untuk melakukan Istighotsah
Pesan Langsung dari Syekh Abdul Baki

Menurut penuturan pak Kasidin, bahwa sebenarnya jauh-jauh hari sudah ada tengara dari Syehk Abdul Baki langsung melalui penjual rabuk (kapur untuk membangun) yang berasal dari desa Gebangsari Kec. Klirong yang biasa jualan di pasar rabuk Klirong. Belaiau datang langsung menemui penjual rabuk tersebut dengan mengaku Syekh Abdul Baki minta di kirimi rabuk ke sekitar makam. Karena yan g memsan jelas maka penjual rabuk tersebut lenagsung mengirim ke lokasi makam, karena memang tidak ada yang memesan maka kiriman tersebut dikembalikan ke penjual rabuk.

Akhirnya ada pesan dari Kayi Abu Darin namu belum di laksanakan, hingga meninggalnya Kyai Abu Darin belum juga di laksanakan pembangunan makam tersebut hingga dua tahun kemarin ada seorang warga dekat lokasi makam yang bernama Satiman seperti dimasuki roh dan minta segera dibangun makam tersebut dan akhirnya atas prakarsa kyai setempat.

Atas prakarsa tersebut akhirnya warga sepakat untuk membangun makam walau saat itu baru memiliki 1 sak semen. namu kejadian yang tidak disangka2 begitu mulai dibangun datanglah bantuan dari berbagai pihak yang tidak disangka2 yang akhirnya makam tersebut selesai dibangun.  


Makam Syekh Abdul Baki Alias "Mabh Pandan Lor"

Banyak Peziarah yang tidak dikenal

Menurut penuturan pak Kasidin, setelah makam selesai di bangun banyak peziarah yang datang entah dari mana dan melakukan Istighotsah dimakam tersebut. Kegiatan tersebut hingga sekarang selalu dilakukan setiap malam Ahad Pahing

Route menuju Makam Syekh Abdul Baki Alias Mbah Pandan Lor

Jika anda dari arah Timur (Yogyakarta) maupun dari Arah Barat (Petanahan), setelah sampai di perempatan Jaga Sima anda masuk ke arah Selatan menuju TPI Tanggul Angin. Setelah melewati batas desa antara Jaga Sima dan Pandan Lor ada perempatan ambil ke arah Tikur (kiri) dan ikuti jalur tersebut hingga sampaai pemakaman umum Desa Pandan Lor lokasi dibangunnya Makam Syekh Abdul Baki alias Mbah Pandan Lor.

Perempatan pertama Desa Pandan Lor

Demkian informasi tentang Syek Abdul Baki alias Mbah Pandan Lor yang bisa penulis sampaikan semoga bermanfaat.

Catatan : Nama Mbah Pandan Lor adalah istilah penulis yang memberikan karena berada di Desa Pandan Lor yang semata-mata untuk memudahkan kita mengingatnya. Catatn tersebut penulis peroleh dari hasil wawancara langsung dengan penduduk setempat yang kebetulan ikut terlibat. terima kasih kepada Pak Kasidin yang telah dengan eukarela menceritakan asal mulai dibangunnya makam tersebut.














Penulis : Sakijo.bin Sam Pan Djayanom





 Jejak Sang Waliullah Urut Sewu Syeh Maulana Nurul Dhuhur Alias Mbah Kalen Gunung Tugel 
Desa Entak - Ambal Kab. Kebumen.




Berbagi Route Wilayah Kebumen (16/06/2018). Sekitar pukul 16.00 WIB penulis memulai rutinitas ngaspal di jalur selatan-selatan. Kali ini untuk ziarah ke makam Syeh Maulana Nurul Dhuhur atau yang dikenal dengan Mbah Kalen Gunung Tugel di desa Entak kecamatan Ambal Kabupaten kebumen.
Entah kenapa penulis ingin sekali rasanya untuk berziarah ke makam mbah Kalen, seperti ada tarikan-tarikan ghaib yang mengarahkan penulis untuk melakukan ziarah ke makam beliau.



Sekitar 20 menitan menempuh perjalanan di Jalur Selatan-Selatan ke arah timur dari perempatan Pantai Petanahan melewati Jembatan Ayamputih/Tanggul Angin terus hingga sampai gerbang masuk Pantai Bocor yang sangat padat kendaraan dan pejalan kaki menuju pantai Bocor yang sangat ramai pengunjung di ari ke 2 lebaran. Dan setelah melewati perempatan menuju Pantai Brecong ke timur sedikit sampailah di Gapura masuk Makam Syeh Maulana Nurul Dhuhur yang dikenal juga Mbah kalen Gunung Tugel.

Jalan menuju makam masih berupa tanah pasir yang sangat berdebu kalau di lewati kendaraan berjarak kira2 kurang lebih 100 meter dari Jalan sehingga dengan mudah dijangkau walaupun dengan jalan kaki dari jalan raya.


Lokasinya berada diantara makam umum yang mengelilinginya, di sebelah timur ada kalen yang membelah antara makam dengan gunung Tugel. Makanya mungkin yang menyebabkan dikenal dengan Mbah Kalen Gunung Tugel.

Menurut cerita yang diperoleh dari mbah google, Syekh Maulana Nurul Duhur atau Mbah Duhur atau Mbah Kalen Gunung tugel,beliau itu merupakan sosok yang sangat berjasa sebagai Tokoh Ulama di Tanah Jawa pada zaman Mataram yang menurut penuturan guru n para kiyai ahli hikmah bahwa Beliau Mbah Duhur ini aslinya berasal dari Timur Tengah (arab).


Beliau itu termasuk dalam kategori Ulama Mastur Keraton Mataram ke-1 dengan Raja Daulatnya bergelar Panembahan Senopati Ingalaga Sayidin Panatagama Kalifatullah tanah Jawa Raden Danang Sutawijaya.
Menurut para Ulama Ahli Ziarah dan Hikmah diketahui bahwa Syekh Maulana Nurul Duhur jika dirunut nasabnya masih masuk dalam nasab/keluwarga Rosulullah SAW,merupakan keturunan ke 5 (lima) dari Sultonul Aulia Syeh Abdu Qodir Al-jailani qodasallohu sirohu ( Lihat foto disamping ini ) Ayah beliau Syekh Maulana Nurulduhur adalahSyekh Maulana Abdul Malik bin Syekh Muhammad Dohir bin Syekh Nurul Mubin bin Syekh Abdul Wahab bin Syekh Abdul Qodir Al-jailani dan ahirnya sampai kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Makam Karomatul Auliya Syekh Maulana Nurul Duhur ( mbah Duhur ) kini sudah dikenal oleh masyarakat secara luas seperti makam para Wali yang lain yang sudah lebih dulu termashur.
Makam Sohibal Karomah Syekh Maulana Nurul Duhur atau masyarakat sekitar sering mengenalnya dengan sebutan Mbah Duhur, ada juga yang mengenalnya dengan sebutan Mbah Kalen Gunungtugel ini berada di samping atas bukit Gunungtugel, Dukuh Pranji, Desa Entak, Kecamatan Ambal-Kebumen.
Makam Mbah Duhur ini sempat menjadi pembicaraan dan berita heboh di masyarakat luas semenjak Makam Sohibal Karomah Syekh Maulana Nurul Duhur dipugar dan dipilih oleh sespuh kraton Ayugyakarta sebagai tempat penyelenggaraan Selamatan Nasional
Nusantara pada 17 Pebruari 2016 lalu yang dikenal dengan Grebeg Nusantara yang dihadiri langsung oleh Sesepuh Keluwarga Keraton Yogyakarta Prof Dr RM Ali Ridho yang sempat memimpin istighosah bersama jamaah Al Karomah, hadir juga Habib Umar, Dr Gus RM Alfarizy, Dr Gus RM Alfarizy sang master fisioteraphy herbalist dari Yogyakarta, kemudian Ki Bodo Abah Santri beserta Nyai Santri Pengasuh pondok pesantren Al Karomah Sukerejo – Kendal Jawa Tengah, Ki Rekso Buwono dari Pati dan Sejumlah Ulama serta pejabat pemerintah Kabupaten setempat.
Ada beberapa peninggalan maupun petilasan mbah Duhur yang masih bisa dilihat dan dirasakan manfaatnya hingga saat ini seperti Pusaka Keris Tunggul Wulung,Guci Wasiat Mustika Sulaiman,Kanthil Wasiat Wesi Kuning dan lainnya ( sudah ada yang diamanahi untuk merawatnya )


Kemudian ada petilasan kali ( sungai ) Bedahan Gunung Gede yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Kalen Gunungtugel,kemudian ada petilasan Sigong,yaitu sebuah tempat yang konon dulunya adalah sebuah Pura ( tempat peribadatan umat Hindu ) yang diserahkan pada Mbah Duhur sekaligus sebagai tempat mengajarkanya Agama Islam kepada masyarakat yang hingga sekarang tempat tersebut pun masih ada petilasanya yang terletak di sebelah utara sekitar 150 meter dari Makam Mbah Duhur. (penulis belum sempat melihat lokasi dan mengambil gambarnya mungkin lain kali).
Sebenarnya sudah sejak 10an tahun berlalu Makam Mbah Duhur sering di ziarahi, dido’akan atau ditahlilkan, namun baru sekitar agustus 2014 Misteri Makam Mbah Duhur secara perlahan mulai terungkap dan langsung dikenal masyarakat secara luas setelah ada sejumlah rombongan dari ihwanul muslim yang terdiri dari para Guru dan Kyai Ahli Hikmah yang dikehendaki Allah datang berziarah ke Makam Mbah Duhur yang dikeramatkan oleh masyarakatsetempat, walhasil wallahu’alam bishawab, melalui penelitian serta pengkajian yang dalam, oleh beliau para Guru dan Kiyai Ahli Hikmah yang winasis yang sampai saat ini belum mau disebut asma karimnya, hingga ahirnya diketahui bahwa makam tua yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat yang disebut-sebut sebagai makam Mbah Duhur atau Mbah Gunungtugel adalah benar bahwa makam tersebut adalah Makamnya seorang Ulama Besar Sohibal Karomah. Seorang Waliyullah keturunan dari Timur Tengah ( Arab ) yang bernama Nurul Duhur ( Syekh Maulana Nurul Duhur / Syeh Nurul Duhur ) atau masyarakat sekitar makam menyebutnya Mbah Duhur, ada juga yang menyebutnya Mbah Kalen.

Syekh Maulana Nurul Duhur bersyi’ar Agama Islam di wilayah Kebumen selatan pada masanya Sultan Mataram I Ingkang Sinewun Kanjeng Gusti Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Kalifatullah Tanah Jawa ( Raden Danang Sutawijaya ) pada tahun 1587 -1601 Masehi.

Sumber : dari berbagai sumber internet.
foto merupakan dokumen asli hasil jepretan penulis.


8 komentar:

  1. Maen isi bloge suwun pak kijo ilmune..

    BalasHapus
  2. Tidak benar bahwa Ayah Bunda Rasulullah itu dikatakan kafir dan masuk neraka. Sungguh ini menyakiti hati Rasulullah, Keluarga dan pengikutnya. Bagaimana mungkin, Ayah Ibu yang telah melahirkan Nabi Besar masuk neraka? Sangat tidak masuk akal. Kalau Ayah Ibu Nabi saja ke neraka, tidak ada harapan bagi kita ini di akhirat untuk masuk syurga. Nabi dilahirkan melalui silsilah yang suci (Ayah, Ibu, Kakek, Nenek,melalui proses perpindahan dari sulbi sulbi suci dan rahim-rahim yang suci. Keterangan ini ada dalam banyak hadits, termuat dalam Kitab-Kitab Maulud, silahkan dibaca dan ditanyakan kepada alim Ulama yang kompeten. (Zaki)

    BalasHapus
  3. nyuwun sewu, masjid tertua di Kebumen, dan bahkan di Indonesia ialah Masjid Somalangu, kemudian dikenal dengan Masjid Al-Kahfi Somalangu, masjid ini didirikan oleh Syaikh Abdul Kahfi Awwal dalam satu malam pada 4 Januari 1475M (25 Sya'ban 879H), buktinya tertera pada kitab kuno peninggalannya dan batu Prasasti Zambrud Siberia yang masih ada di Pondok Somalangu. Suwun

    BalasHapus
  4. mohon info mengenai alm. mbah syamsudin & kyai buhyamin di kemit, sekitar depan pasar masuk gang

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus